Archive for the ‘KITAB’ Category

MAN AROFA NAFSAHU

Januari 25, 2010

MAN ‘AROFA
Man ‘arofa nafsahu hadis Nabi
Faqod ‘arofa robbahu tujuan diri
Setelah sampai mengenal diri
Maka tercapai ketentraman hati.

La ilaha illalloh ucapan zahir
Bila mungkir menjadi kafir
Atas hakekat manusia lahir
Cari maknanya dibalik tabir.

Wujud Qidam didalam fana
Meng’isbatkan Alloh Al Baqa
Sholat da’im besar manfaatnya
Agar tercapai ketenangan jiwa.
Syekh Hamzah Al fansury.

Kajian mengenal diri sudah ada semenjak nabi terdahulu, kemudian disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW didalam berita Isro’Mi’roj. Perjalanan ini agar dapat dicontoh umat manusia, mereka yang berharap dapat sampai ke singgasana Alloh dan bertemu dengan Zat yang disembah. Tata cara demikian dimaksudkan agar umat manusia tertuntun dan terarah didalam pencarian kehadiran dirinya, maka hadis Nabi “Man Arofa Nafsahu, Faqod arofa Robbahu” sudah teruji dan terbukti kebenarannya, jalan inilah yang hendak ditapak tilasi kembali.

BAB. I
PENDAHULUAN
وما كان لبشر ان يكلمه الله إلا وحيا او من ورائ حجاب او يرسل رسولا
فيوحي بإ ذنه ما يشآء إنه علي حكيم .
“Tiada seorang manusia dapat menerima bahasa Tuhan, kecuali dengan wahyu (ilham) atau dibalik tabir, atau diutusnya utusan, lalu dengan izinNya diwahyukan tentang apa yang dikehendakiNya, dan Dialah Maha Tinggi dan bijaksana,” (Asysyuuro, QS. 42:51)

“Man arofa nafsahu faqod arofa Robbahu” terambil dari sebuah hadis yang mengandung esensi kaum sufi mengaktualisasikan ke-Ilahi-an dari banyak ayat.
Hadis ini salah satu pendukung dari perjalanan tasawuf, Man arofa yaitu mengenal diri, maka seseorang akan sampai kepada pengenalan tentang kehadiran Alloh, sebab esensi Nur Alloh, Nur Muhammad, Nur Insan adalah Wujud Qidam dan Baqo, Wujud yang tidak terpisahkan oleh ruang dan waktu, karenanya pernyataan bahwa tidak ada selain “Alloh yang dapat mengenal Alloh”, hal demikian tidak dapat dicapai kecuali faqir melangkah dari bawah, yaitu dimulai dengan mengenal Roh Ku atau Nur Insan.
Inilah adab perjalanan spiritual, sebab alam imajinasi tidak akan terlindungi oleh awan “ma’na” kecuali perlindungan itu akan diberikan oleh yang bathin.
Perlindungan bathin adalah dari bathin yang terhampar di qolbu orang mu’min, disitu terbentang terowongan panjang yang tidak terlayani oleh transport modern, kecuali ditempuh dengan sarana spiritual sehingga mampu mengenal yang terindah dan tersimpan, yang mempunyai kemampuan sangat luar biasa, Inilah Roh Ku (Nur Insan) yang hadir bersama Nur Muhammad dan Nur Alloh. Jadi sangat tidak berakalnya manusia, kalau dia menempuh perjalanan spiritualnya keluar dari dirinya, dia melaksanakan syariat tanpa memasuki hakekat.
Kitab Suci tidak membenarkan pengikutnya bersilang selisih, kalimat tauhid tidak membenarkan pengikutnya bertengkar dan bermusuhan, sebab setiap pencari hakekat wujud yang sejati telah berada didalam dirinya. Karena bahasa Alloh adalah simbolis, disampaikan dengan kias mutasyabihat, maka yang mampu menerima sinyal itu adalah kaca mata bathin setiap insane.
Keterbukaan itu dapat menuntun kepada wujud realitas terakhir yang disebut Al-Haq.
Bukan hanya mengakui kata atau kalimat “Illah” atau Alloh dalam bentuk tulisan atau imajinasi ciptaan rekayasa umat manusia, akan tetapi “Iqro kedalam diri”.
Kemanapun umat-Nya hendak menghadap, dimanapun ia berada, sedang apa dan dalam keadaan bagaimanapun juga, tekadnya tidak lagi berubah, pendiriannya teguh, imannya menjadi kokoh.
Kemudahan silih berganti, kemanapun menghadapkan mukanya, maka disitulah wajah Alloh (Al-Baqoroh 2:115) demikianlah kebebasan hakekat telah diberikan kepada umat yang berkehendak menerimanya.
Menginsyafi serta membuktikan tentang adanya kehidupan spiritualisme, hanya ada pada umat manusia yang kritis didalam beragama, bahkan dizaman Nabi Ibrahim kehidupan spiritualis sudah berkembang dan dipegang teguh oleh mayoritas umat, meskipun agama belum ada, tetapi pengikutnya tunduk dan patuh, pasrah dan menyerah kepada Alloh didalam bahasa arab disebut “ISLAM”, keikhlasan didalam kehidupan, kejujuran berbuat itulah hakekat Islam, karena islam bertujuan kepada Alloh, pasrah kepada Nya, maka islam tidak dimonopoli oleh salah satu suku atau agama saja, begitu pula pengikut nabi-nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad S.A.W, yang benar-benar pasrahnya kepada Alloh, akan diterima kembali disisi Nya sesudah berpisah jasad dengan rohnya. Bagi perjalanan tasawuf hendaklah berusaha untuk mencapai tujuan kepada Alloh, bukan untuk bertengkar didalam perjalanan, dan tidak terpaku dengan titik koma bacaan, dan tulisan, Alloh tidak ada didalam bacaan atau tulisan, Alloh berada pada yang membaca dan yang menulis, apabila pelakunya mengerti tentang Alloh, itulah suatu tanda untuk sampai ketujuan. Oleh sebab itu tasawuf hendaklah berusaha membuka dan membedah penutup agar masuk menceburkan diri kedalam :
“Dia yang tiada berawal, Dia yang tiada berakhir, Dia yang berWujud, dan Dia yang lahir dan bathin.” Sebenarnya Alloh disetiap waktu, dimana saja mampu menampakkan diri-Nya kepada setiap umat manusia, tetapi kebanyakan umat manusia tertutup dan terhijab oleh penglihatannya, maka itulah yang menjadi penyebab utama kebutaan dan ketulian, penyebab itu pula yang hendak disingkirkan oleh tasawuf.

AL HIKAM 01-03

Januari 25, 2010

Bab. 01

BERSANDAR HANYA KEPADA ALLOH
من علا ما ت الاعتماد على العمل نقصان الرجاء عند وجود الذلل
Sebagian dari tanda-tanda orang yang I’timad (menyandarkan diri) pada kekuatan amal usahanya adalah berkurangnya pengharapan terhadap rahmat dan pengampunan Alloh ketika ia berbuat suatu kesalahan (dosa).
Yang dinamakan I’timad yaitu membatasi kekuatan hanya pada satu perkara, I’timad mendorong seseorang untuk melakukan suatu perbuatan yang diinginkan dan ia menganggap bahwa dengan melakukan perbuatan tersebut tujuannya akan tercapai; misalnya : bekerja, ia percaya bahwa dengan bekerja akan tercapai segala keinginannya dan dengan bekerja ia akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pada dasarnya syariat Islam menyuruh kita supaya beramal dan berusaha, tapi hakikat syariat melarang kita menyandarkan diri pada amal usaha kita, melainkan kita harus menyandarkan diri kepada rahmat dan karunia Alloh SWT, sebagaimana makna yang terkandung dalam kalimat
لا اله الا الله “Tiada Tuhan selain Alloh”, yang berarti bahwa tiada tempat bersandar, berlindung dan berharap kecuali hanya kepada Alloh dan tidak ada yang dapat menghidupkan dan mematikan melainkan Alloh SWT. dalam surat Yunus ayat 58 Alloh SWT berfirman :
قل بفضل الله وبرحمته فبذ لك فليفرحوا هو خير مما يجمعون
“katakanlah dengan karunia Alloh dan rahmatNya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Karunia Alloh dan rahmatNya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan (QS.Yunus 58)
Dalam hal I’timad (menyandarkan diri), manusia terbagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Orang yang menyandarkan diri pada amal perbuatannya, biasanya orang yang seperti ini selalu berbuat sembrono dan tergesa-gesa. Ia selalu berusaha melakukan perbuatan yang menjadi sandarannya, dengan melihat dari lahiriahnya saja, dan orang yang seperti ini selalu berputar pikirannya antara amal dengan Roja’(pengharapan) dan Khouf(rasa takut gagal). ولتنظر نفس ما قد مت لغد “Dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok “. (QS. Al-Hasyr 18)

2. Orang yang menyandarkan diri pada rahmat dan karunia Alloh SWT., orang seperti ini memandang bahwa segala sesuatu yang ada adalah anugerah dan karunia dari Alloh, manusia tidak mempunyai kekuatan untuk mengelakkan diri dari bahaya kesalahan dan tiada kekuatan untuk berbuat amal kebajikan kecuali dengan pertolongan dan rahmat dari Alloh SWT. وما بكم من نعمة فمن الله ثم اذا مسكم الضر فاليه تجئرون “Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Alloh lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa kemudhorotan, maka hanya kepada Nya kamu meminta pertolongan.” (QS. An-Nahl 53) Adapun cirri-ciri orang yang menyandarkan diri pada karunia Alloh adalah mengembalikan semua kepada Alloh. Pada saat bahagia ia memuji dan bersyukur kepada Alloh, dan pada saat susah ia introspeksi diri dengan merenungi kesalahannya dan selalu berdo’a kepada Alloh SWT.

3. Orang yang menyandarkan diri pada pembagian dan ketetapan yang telah ditentukan oleh Alloh SWT. orang seperti ini memandang sesuatu sebagai takdir Alloh,
قل الله ثم ذرهم فى خوضهم يلعبون “Katakanlah : Alloh lah (yang menurunkan Taurat), kemudian(sesudah kamu menyampaikan Al-Qur’an kepada mereka) biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatan.” (QS. An-An’am 91)
Adapun cirri-ciri orang seperti ini adalah selalu pasrah dan diam (menerima) terhadap terjadinya ketentuan (takdir) Alloh. Jadi Roja’ (pengharapan) nya tidak akan bertambah dan tidak pula berkurang dikarenakan suatu hal, jika ditimbang Roja’ (pengharapan) dan Khouf (perasaan takut) nya pasti imbang dalam setiap perbuatannya, orang seperti ini kelihatan selalu gembira padahal dalam hatinya juga ada rasa susah.

Sebagian Ulama Tahqiq mengatakan; barang siapa yang telah mencapai maqom (1), maka ia tidak akan pernah kendur dalam beramal, barang siapa yang telah mencapai maqom (2), maka ia tidak bisa berpaling dari beramal, dan barang siapa yang telah mencapai maqom (3), maka ia tidak bisa berpaling dari siapa saja selain Alloh SWT.

Shodaqollahul ‘Azhiem.

Bab. 02

إرا دتك التجريد مع إقامة الله إياك فى الأسباب من الشهوة الخفية

وإرا دتك الأسباب مع إقامة الله إياك فى التجريد إ نحطاط عن الهمة العلية
“Keinginanmu untuk selalu beribadah tanpa berusaha dunia (Tajrid), padahal Alloh telah menempatkanmu pada golongan orang yang harus berusaha (Sabab), maka keinginanmu itu adalah syahwat (hawa nafsu) yang samar (halus). Sebaliknya keinginanmu untuk berusaha dunia (Sabab) padahal Alloh telah menempatkan dirimu pada golongan orang yang selalu beribadah tanpa berusaha dunia (Tajrid), maka keinginanmu itu adalah penurunan dari semangat dan tingkatanyang tinggi.”

1. Orang yang ditempatkan pada Maqom Sabab, hukum untuk orang seperti itu harus ridho (rela), sabar dan pasrah.
Yang dimaksud Maqom Sabab yaitu melakukan pekerjaan atau berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup didunia, ciri-ciri orang yang ditempatkan pada maqom Sabab adalah bisa lancar pekerjaannya serta bisa memperoleh hasil sebagaimana yang diharapkan dan orang ini senang melakukan pekerjaan dan kewajiban-kewajiban agama dalam pekerjaannya.
2. Orang yang ditempatkan pada Maqom Tajrid,
Yang dimaksud dengan Maqom Tajrid yaitu meninggalkan bekerja, orang seperti ini harus selalu bersyukur kepada Alloh, harus giat dan tidak boleh kendor atau sembrono dalam menjalankan ibadah, ciri-ciri orang yang ditempatkan pada maqom Tajrid adalah selalu bisa mencukupi hak-hak dan menjauhi pergaulan dengan manusia.
3. Orang yang tidak berada pada maqom Tajrid maupun Maqom Sabab,
Hukum orang yang seperti ini harus selalu berhati-hati dalam menjalankan pekerjaannya, umpamanya pindah dari satu Sabab ke Sabab lain, jika ia sudah tahu bahwa Sabab itu tidak bisa diandalkan, maka berpindahlah ia ke maqom Tajrid, juga sebaliknya jika ia ingin menempatkan diri pada maqom Tajrid, tapi masih cenderung ke duniawi, maka pindahlah ia ke maqom Sabab.

Semua itu karena tanda-tandanya Alloh menempatkan pada Maqom Sabab atau Maqom Tajrid yaitu istiqomah (teguh), macam-macam ibadah dan wirid dilaksanakan dengan selamat, jika istiqomah itu tidak ada berarti diizinkan pindah pada maqom yang lain, karena kewajiban seorang hamba itu harus bertempat pada maqom yang telah ditempatkan oleh Alloh dan tidak boeh memilih yang lain atas apa yang telah diberikan oleh Alloh.

Sejatinya orang pada maqom Tajrid itu juga bertempat pada maqom Sabab, sebagaimana firman Alloh SWT dalam surat Ath Tholaq ayat 2-3 :
ومن يتق الله يجعل له مخرجا ويرزقه من حيث لا يحتسب ومن يتوكل على الله فهو حسبه
“Barang siapa yang bertakwa kepada Alloh niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberi rezeki yang tiada disangka-sangkanya, dan barang siapa yang bertawakal kepada Alloh, maka alloh akan mencukupkan keperluannya”.

Orang2 yg bertakwa kpd Allah setiap menghadapi kesulitan maka ia akan dibebaskan dari kesulitan tersebut dan Allah memberikan rizkinya yg datangnya tidak ter-duga-duga.
Ringkasnya yang jadi sababnya adalah Takwa, yg dinamakan takwa adalah rangkaian ilmu,
amal dan istiqomah, maksudnya mengetahui kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan
lalu diamalkan secara terus menerus.
Untuk mengukur bahwa orang tersebut berada dalam maqam tajrid yaitu Takwa lahir & Bathin.

Syahwat yaitu gerakan nafsu untuk mendapatkan apa yang patut untuk nafsu tersebut tanpa memandang sifat2 gerakan nafas tersebut. Sedang dinamakan “syahwat yang samar” karena orang yang bertempat pada tajrid itu sakit menurut lahirnya. Karena Tajrid itu meninggalkan apa yang menjadi kebiasaan dan menyalahi apa yang menjadi keinginan hawa nafsu. Tapi orang yang menempati maqam tajrid itu bisa juga dikatakan ingin enak, tidak susah bekerja yang kemungkinan akhirnya menjadi beban orang lain dengan meminta secara terang-terangan maupun dengan isyarat, yang seperti ini sudah menyimpang dari petunjuk Nabi.

Bekerjanya orang yang Tajrid tadi dianggap sebagai inhithath (penurunan dari atas kebawa) karena dia ingin mengganti ketentraman dengan kesulitan, asalnya tentram hatinya menjadi gelisah dan menempatkan dirinya pada sebab-sebabnya kerusakan sebab bercampurnya dengan selain Allah dan meninggalkan Nur dari Allah.

Bab. 03

سوابق الهمم لا تخرق أسوار الأ قدار

“ Kegigihan himmah (Semangat) tidak akan bisa menembus tirai takdir ”

Himmah yaitu keinginan (semangat) untuk mencapai suatu maksud tertentu, himmah menjadi luhur sebab luhurnya maksud dan menjadi hina sebab jeleknya maksud.
Tapi himmah itu pasti bersamaan dengan apa yang telah ditetapkan oleh Alloh, sebagaimana Firman Alloh dalam surat Al Kahfi ayat 45 ;
وكان الله على كل شيء مقتدرا
“Dan Alloh Maha Kuasa menentukan segala sesuatu”
Dan sabda Nabi SAW ;
كل شيء بقضاء وقدر حتى العجز والكيس ( رواه مسلم )
“ Segala sesuatu terjadi dengan qodho dan qodar Alloh, hingga menjadi lemah dan cerdik”

Himmah ada 3 macam :
1. Himmah yang pendek yaitu semangat yang timbul karena keinginan kuat dan kemantapan hati.
2. Himmah mutawassithoh (sedang) yaitu semangat yang selain timbul karena keinginan kuat juga menimbulkan usaha dan tindakan hingga akhirnya dapat tercapainya tujuan, baik yang dituju itu nyata ataupun tidak.
3. Himmah Sabiqoh yaitu kekuatan jiwa manusia yang bisa mewujudkan keinginannya tanpa terhalang yang lain.

RISALATUL BID’AH WA SUNNAH

Januari 25, 2010

Oleh : KH. Hasyim Asy’ari

Pasal – 1

PENJELASAN TENTANG SUNNAH DAN BID’AH

Kata As-Sunnah dengan dhommah huruf sin-nya dan tasydid (double) huruf nun-nya,
sebagaimana yang ungkapkan oleh Abu Al-Baqo dalam kulliyah-nya : “secara etiomologi sunnah
artinya jalan, walaupun jalan tersebut tidak diridhoi”.
Menurut terminology adalah sebutan untuk sebuah jalan yang diridhoi yang akan ditempuh dalam agama sebagaimana jalan yang dilakukan oleh Rosululloh SAW atau yang lainnya yang tersebut, sebagai symbol dalam agama seperti para sahabat Nabi, sebagaimana hadistnya : “Kalian harus mengikuti sunnahku dan sunnah para Khulafaur Rasyidin (Sahabat yang mendapat petunjuk)
setelahku. Dan secara urf, sunnah adalah sesuatu yang dilakukan oleh yang menjadi panutan,
baik orang tersebut nabi maupun seorang wali (yang mengurus agama).
Dan kata As-Sunny dinisbatkan (dihubungkan) ke kata sunnah yang dibuang huruf ta-nya
karena sebagai nisbat. (menghubungkan).

Dan kata Bid’ah menurut Syeikh Zaruq dalam kitabnya ‘Udatul Murid : menurut syara’ bid’ah adalah membuat sesuatu yang baru dalam agama yang menyerupai bahwa sesuatu tersebut dari syara’, padahal sesuatu tersebut bukanlah dari syara’, baik keberadaannya hanya sebagai symbol maupun subtansi. Sebagaimana hadist Nabi SAW :”Barangsiapa yang membuat sesuatu yang baru dalam urusan agamaku, dan sesuatu tersebut bukan dari agamaku, maka akan ditolak.
Dan hadist Nabi SAW: …dan setiap yang baru adalah bid’ah..”

Para Ulama telah menjelaskan kedua hadist Nabi tersebut, bahwa bid’ah bukanlah mutlak (General) ditetapkan dalam setiap sesuatu yang baru, akan tetapi dikembalikan kepada perubahan hukum
dengan melihat aspek itikad yang bukan juga hanya sesuatu aspek ibadah semata, karena sering kali didapatkan pokok-pokok syari’at, dapat dijadikan sebagai analog (Qiyas) dari beberapa hal cabangnya.
Syeikh Zaruq berkata, bahwa parameter bid’ah itu bias dipertimbangkan dari 3(tiga) hal :

1) Dilihat dari masalah yang diperbaharui, jika sumber syari’at dan dasar-dasarnya menjustifikasi (menghukumi), maka tidak termasuk bid’ah, namun jika sebaliknya syari’at dan dasar-dasarnya mengingkari (menolak) dengan berbagai alas an, maka sesuatu itu termasuk batal dan sesat.
Jika ada dalil yang memperbolehkan namun mengakibatkan munculnya keraguan (syubhat) ,
dengan pertimbangan dan alasan yang sama kuat,
maka yang lebih kuat diantara keduanya itulah yang dipakai.
2) Mempertimbangkan pedoman-pedoman para imam dan kaum salaf yang selalu
menjalankan sunnah, siapa yang tidak sama alasannya dengan yang digunakan kaum salaf,
maka tidak dianggap baik, dan siapa yang sesuai dengan mereka, maka itulah yang benar,
walaupun berbeda secara furu’(cabang) dan ushul(pokok), semuanya mengikuti dasar dan dalilnya, termasuk yang menjadi kaidah ulama salaf adalah sesuatu yang tidak boleh dikatakan bid’ah
dan dicaci maki, apa yang ditinggalkannya dengan alasan yang jelas, tidak sah/boleh,
menjadi sunnah dan dipuji. Apa yang mereka tetapkan dasarnya dan tidak dilarangmengerjakannya, menurut Imam Malik adalah bid’ah, karena mereka tidak meninggalkannya,
kecuali karena ada masalah pada mereka, Imam Syafi’i berpendapat,
hal tersebut tidak termasuk bid’ah, walaupun tidak dilakukan oleh ulama salaf, sebab mereka meninggalkan karena ada sesuatu sebab dalam suatu waktu atau karena sesuatu yang lebih utama, sedangkan hukumnya yang diambil dari syari’at dan sudah ditetapkannya.
Mereka juga berbeda pendapat tentang sesuatu yang tidak bertentangan
dengan sunnah dan sesuatu yang syubhat.
Imam Malik berpendapat, itu termasuk bid’ah, sedangkan Imam Syafi’i berpendapat tidak,
sesuai dengan hadist Nabi : Apa yang aku tinggalkan kepada kamu semua, maka hukumnya dimaafkan. (Para Mujtahid)
Syeikh Zaruq berkata, dasar inilah yang menjadi sumber perbedaan mereka dalam masalah ketentuan putaran zikir dengan suara keras, mengadakan perkumpulan dan do’a,
karena ada sebuah hadist yang menganjurkan untuk menyenangi hal-hal tersebut (zikir dll),
sedangkan ulama salaf tidak mengerjakannya.
Setiap Ulama yang mengemukakan suatu pendapat, maka pendapatnya tersebut tidak disebut bid’ah, karena mereka menentukan hukum sesuai dengan ijtihadnya masing-masing dan tidak melewati batas.
Dan juga tidak benar mengatakan bahwa pendapat yang lain batal karena adanya syubhat,
seandainya seperti itu, maka akan terjadi pem bid’ah an umat secara keseluruhan,
dan telah diketahui bahwa ketentuan yang telah ditetapkan Alloh bagi orang-orang yang melakukan dengan sungguh-sungguh dalam menentukan hukum agama (Mujtahid) adalah sesuai dengan metode ijtihadnya.
Hal ini juga sama ketika mengatakan bahwa : “Yang benar hanya satu atau berbilang”.
Rosululloh SAW bersabda: “Jangan sampai ada yang melakukan sholat ashar kecuali ditempat Bani Quraidhoh, ternyata mereka bertemu waktu sholat ashar ketika masih dalam perjalanan,
sebagian mereka berkata, kita diperintahkan untuk menyegerakan sholat (diawal waktu),
maka mereka langsung melakukan sholat ashar dijalanan, sementara sebagian yang lain mengatakan, kita diperintahkan sholat ashar disana, maka mereka menunda pelaksanaanya.
Tentang perbedaan kedua pendapat para sahabatnya ini Rosululloh tidak menyalahkannya,
ini menunjukkan sahnya sebuah amalan berdasarkan tentang syara’ selama pemahaman tersebut secara benar, bukan dari hawa nafsu.
3) Parameter yang membedakan berdasarkan legitimasi beberapa hukum, hukum tersebut terinci yang terbagi dalam 6 hukum syari’at : wajib, sunnah, haram, makruh, khilafu aula, dan mubah,
maka setiap perbuatan yang mirip dengan hukum dasar dengan alasan yang benar
dan jelas serta tidak jauh dari kebenaran, maka sesuatu itu disamakan dengan ketentuan asal itu,
dan jika tidak maka ia adalah bid’ah.
Parameter inilah yang disepakati ulama yang sungguh-sungguh meneliti sebuah persoalan,
maka itulah supaya lebih dekat kepada kebenaran.

Syeikh Zaruq berkata, bid’ah ada 3 macam :

Pertama Bid’ah Shorihah (Bid’ah yang jelas) yaitu perbuatan bid’ah yang ditetapkan tanpa dalil syara’ untuk menandingi apa yang ditetapkan dalam syara’ seperti hukum wajib, sunnah dll.
Bid’ah model ini dapat mematikan sunnah dan menghancurkan kebenaran, ini adalah bid’ah yang paling jelek walaupun dilandasi seribu sanad dari sumber hukum yang pokok maupun cabang,
maka dianggap tidak ada kebenaran didala bid’ah tersebut.
Kedua Bid’ah Idhofiyah (Bid’ah yag disandarkan) yaitu perbuatan bid’ah yang disandarkan kepada sesuatu yang dapat diterima dan tidak wajar untuk diperdebatkan keberadaanya, baik dalam konteks sunnahnya atau bukan bid’ahnya tanpa perbedaan sebagai yang berlaku pada pendapat masa lalu (salaf).
Ketiga Bid’ah Khilafiyah (Bid’ah perbedaan) yaitu bid’ah yang didasarkan pada dua sumber
yang saling tarik menarik antara keduanya, yang satu mengatakan bid’ah dan yang lain sunnah,
seperti masalah jam’iyah, zikir berjamaah.

Al Allamah Muhammad Waliyyuddin Asy Syibsyiri dalam itab Syarhul Arba’in Nawawiyyah,
menjelaskan tentang hadist Nabi Muhammad SAW: Barang siapa yang membuat hal baru
atau melindungi orang yang membuat hal-hal yang baru, maka baginya bagiannya.
Dalam hadist ini mencakup masalah transaksi yang cacat, menentukan hukum tanpa pengetahuan, melakukan penyimpangan dan sejenisnya yang tidak sesuai dengan syara’.
Adapun masalah-masalah yang tidak sampai keluar dari dalil syara’ seperti masalah ijtihadiyah yang antara dalil dan masalah tidak ada hubungan kecuali sangkaan mujtahid saja, penulisan mushaf, menerbitkan kitab beberapa mazhab, buku-buku ilmu nahwu dan ilmu matematika,
tidak termasuk dalam hal bid’ah.
Oleh karena itu Imam Abdus Salam membagi hal-hal yang baru (bid’ah) menjadi 5 bagian hukum, yaitu :
1) Bid’ah wajib seperti belajar ilmu nahwu dan hal-hal asing dalam Al Qur’an dan Hadist yang dapat memahami syari’at.
2) Bid’ah haram seperti mazhab qodariyah, jabariyah, dan mujassimah.
3) Bid’ah sunnah seperti membuat pondok-pondok, madrasah-madrasah baru dan semua kebaikan yang tidak ada pada masa awal (masa Nabi dan Sahabat)
4) Bid’ah makruh seperti menghiasi masjid da menghiasi mushaf.
5) Bid’ah mubah seperti bersalaman (jabat Tangan) setelah sholat ashar dan sholat subuh, memperbesar tempat makan dan tempat minum, pakaian dll.

Apabila telah mengetahui sesuatu yang telah disebutkan diatas, maka perbuatan seperti membuat tasbih, melafazkan niat, tahlil terhadap orang yang meninggal dunia dan tidak ada hal yang menghalanginya, ziarah kubur dan sejenisnya, maka bukanlah semuanya tersebut dikategorikan bid’ah.

Pasal – 2
PARA AHLI DI JAWA DALAM MEMEGANG TEGUH TERHADAP AHLUS SUNNAH DAN JAMA’AH,
DAN MULAINYA PENYEBARAN BID’AH DITANAH JAWA, SERTA MACAM – MACAM PARA AHLI BID’AH PADA MASA SEKARANG.

Umat islam di jawa pada masa lalu sepakat dalam berpendapat dan bermazhab dengan satu rujukan dan pegangan, semuanya dalam fiqih mengikuti mazhab Imam Muhammad bin Idris As Syafi’i, dalam masalah ushuluddin mengikuti mazhab Imam Abul Hasan Al Asy’ari dan dalam bidang tasawuf mengikui Imam Ghozali dan Imam Abul Hasan As Syadzili.
Kemudian pada tahun 1330H muncul bermacam-macam golongan, pendapat-pendapat yang bertentangan, pikiran-pikiran yang bersebrangan dan para tokohnya saling tarik menarik (kontroversi), dari mayoritas para tokoh ada para ulama salaf yang konsisten terhadap kesalafannya yang mengikuti terhadap mazhab yang telah ditentukan, dan berpegang teguh dengan kitab-kitab yang diangap representative (mu’tabaroh) yang biasa beredar (masyhur), mencintai ahlul bait (keluarga Nabi Muhammad), mencintai para wali dan orang-orang sholeh, mengambil berkah kepada mereka yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia, ziarah kubur, mentalqin mayit, bersedekah untuk mayit, meyakini adanya syafa’at (pertolongan), manfaat do’a, wasilah dan lain-lain.
Sebagian lagi adalah kelompok yang mengikuti pendapat Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho, mereka mengikuti faham Muhammad bin Abdul Wahab An Najdi, Ahmad ibnu Taimiyah dan kedua muridnya Ibnu Qoyyim dan Ibnu Hadi.
Golongan ini MENGHARAMKAN apa yang telah disepakati oleh mayoritas umat islam untuk melaksanakan sebagai sunnah seperti berziarah ke makam Rosululloh SAW, mereka menolak semua hal yang telah disepakati dan hal-hal lainnya.

Ibnu Taimiyah dalam kitab Fatawi-nya berpendapat : apabila seorang melakukan ziarah ke makam Rosulullh karena yakin bahwa ziarah tersebut meripakan perbuatan taat, ziarah yang dianggapnya menurut Ibnu Taimiyah adalah haram yang telah disepakati oleh kaum muslimin, maka ziarahnya adalah perbuatan yang haram secara pasti, menurut Al Allamah Syaikh Muhammad Bakhit Al Hanafi Al Mu’thi dalam kitabnya yang bernama Tathirul Fuadi min Dinsil ‘Itiqodi (mensucikan hati dari keyakinan yang kotor) berpendapat : bahwa golongan ini merupakan cobaan besar bagi umat islam yang salaf (duu) maupun yang khalaf(modern).
Mereka adalah aib, pemecah belah, dan sebagai organ yang rusak yang harus dipotong sehingga tidak menular kebagian lainnya, ia bagaikan penyakit kusta yang harus dihindari, mereka adalah golongan yang menjadikan agama sebagai permainan, mereka mencaci maki ulama salaf dan ulama khalaf, mereka sambil berkata : mereka semuanya tidak ma’shum(tidak terpelihara
dari perbuatan dosa), maka tidak layak untuk mengikutinya dan tidak ada bedanya
yang hidup dan yang mati.
Golongan tersebut mendiskreditkan ulama dan menciptakan persoalan-persoalan syubhat, lalu menyebarkan secara luas ke masyarakat awam, supaya orang awam tidak mengerti terhadap kekurangan yang ada pada golongan tersebut.
Tujuan mereka adalah menebar permusuhan dan kebencian, mereka berkeliling diatas muka bumi untuk menciptakan kerusakan.(tanda-tanda Dajjal), mereka berdalih sedang melakukan amar ma’ruf nahi munkar, mereka mengajak manusia mengikuti agama yang mereka jalankan dan menjauhkan bid’ah (menurut mereka), padahal Alloh tahu bahwa mereka adalah para pendusta, menurut pendapat saya (Syaikh Bahit), mereka sangat mungkin adalah pelaku bid’ah yang sebenarnya dan selalu mengikuti hawa nafsunya.
Imam Qodhi Iyadh berkata: kehancuran terbesar dalam agama sampai urusan dunia adalah karena ulah mereka dengan menimbulkan permusuhan antara umat islam yang menyebabkan mereka terperangkap dalam masalah dunia.
Al Allamah Ali Al Qori dalam penjelasannya berkata, Alloh SWT telah mengharamkan khomr (minuman keras), judi dengan alasan ini sebagaimana dalam Firman Alloh SWT QS. Al Maidah : 91 yang artinya : Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan pemusuhan dan kebencian diantara kamu, lantaran meminum khomr dan berjudi, dan menghalangi kamu dari mengingat Alloh, maka berhentilah kamu (dari hal tersebut).

Sebagian dari golongan tersebut adalah Rafidhiyyun, yaitu golongan yang mencaci maki sahabat Abu Bakar r.a dan Umar bin Khottob r.a, mereka juga membenci sahabat lainnya, namun mereka sangat berlebihan dalam Sayyidina Ali r.a dan keluarganya, menurut Sayyid Muhammad dalam syarah Al Qomus mengatakan bahwa sebagian dari kelompok tersebut ada yang termasuk kategori kafir dan zindiq, semoga Alloh melindungi kita darinya.
Imam Qodhi Iyadh dalam kitabnya Asy Syifa berkata, menurut riwayat dari Abdulloh bin Mughffal bahwa Rosululloh SAW bersabda: Takutlah kamu kepada Alloh dalam masalah sahabatku, jangan jadikan mereka(sahabatku) sebagai sasaran setelah aku tiada, barang siapa yang mencintai mereka dengan seluruh cintaku, aku akan mencintainya dan barang siapa yang membenci mereka, maka dengan kebencianku aku akan membencinya, barang siapa menyakitiku berarti dia menyakiti Alloh, dan barang siapa yang menyakiti Alloh, maka pasti Alloh akan menyiksanya.
Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda : Jangan kamu caci maki sahabatku, barang siapa yang mencaci maki mereka maka akan mendapat laknat dari Alloh, para malaikat dan sekalian manusia, Alloh tidak akan menerima amalnya baik yang wajib maupun yang sunnah, dalam hadist lain Nabi bersabda : Janganlah engkau mencaci maki sahabatku, sesngguhnya akan dating pada akhir masa suatu kaum yang mencaci sahabatku, maka jangan sholati mereka dan jangan sholat bersama mereka, jangan menikahi mereka dan jangan duduk bersama mereka, jika mereka sakit jangan jenguk mereka. Dalam kesempatan lain Nabi juga bersabda : barang siapa yang mencaci maki sahabatku pukullah dia, nabi telah memberitahu bahwa mencaci maki dan menyakiti sahabat sama dengan menyakiti Nabi, menyakiti Nabi hukumnya haram, Nabi bersabda : Janganlah engkau menyakiti aku dengan menyakiti sahabatku, siapa yang menyakiti mereka sungguh telah menyakiti aku, dalam hadist lainnya : jangan menyakiti aku dengan menyakiti Aisyah, dan Nabi juga menerangkan masalah Fatimah, dia sepotong dagingku, aku akan merasa sakit apabila ada yag menyakitinya.

Sebagian golongan lain ada yang bernama Ibahiyyun, mereka berkata, sesungguhnya ketika seseorang telah sampai pada derajat cinta kepada Alloh, akan bersih hatinya dari segala kekhilafan, memilih iman dan meninggalkan kafr, maka orang tersebut menurut golongan ini telah bebas dari segala perintah dan larangan.
Menurutnya, Alloh tidak akan memasukkan ke neraka walaupun ia telah melakukan dosa besaryang sangat banyak, sebagian kelompok ini berkata, bahwa orang yang mencapai derajat ini, gugur bagi smua perintah ibadah zohir, ibadahnya hanya bertafakur dan memperbaiki ahlak batin. Sayyid Muhammad dalam syarah Al Ihya mengatakan, golongan tersebut kafir, zindiq dan sesat, sungguhpun demikian kelompok ibahiyyun ini sudah ada sejak dahulu, mereka orang-orang yang tidak mengerti dan sesat, mereka tidak mempunyai pemimpin yang memahami ilmu agama secara benar.

Sebagian yang lain mengatakan bahwa ruh bias menitis, dan ruh bias berpindah dari satu badan ke badan yang lain selamanya. Mereka beranggapan bahwa siksa dan nikmat yang akan didapatkan oleh ruh sesuai dengan kebersihan dan kekotorannya.
Imam Syihab Al Khufaji dalam syarah Asy Syifa berkomentar : ahli syar’i telah mengkufurkan kelompok ini karena mereka mendustakan Alloh SWT dan kitab-kitab Alloh.

Sebagian golongan lain ada juga yang menggunakan konsep Hulul dan Ittihad, mereka ini adalah kaum sufi yang bodoh, mereka berkata bahwa wujud Alloh itu mutlak dan selain Alloh pada dasarnya tidak memiliki sifat wujud tersebut, sehingga kalau mereka berkata bahwa manusia itu ada, artinya bahwa keberadaan manusia tergantung pada wujud mutlak, dan Dia-lah Alloh SWT; Al Allamah Al Amir dalam Hasyiyah Abdussalam berkata, kelompok ini jelas-jelas telah kafir, tidak ada yang namanya Hulul dan Ittihad, jika ada hal semacam tersebut diatas, yang terjadi terhadap para wali Alloh yang dianggap agung, maka hal itu di takwil dengan sesuatu yang sesuai seperti yang terjadi dalam aliran Wihdatul Wujud, seperti ucapan sebagian ulama “tidak ada sesuatu apapun didalam jubah kecuali Alloh”.
Di dalam kitab Lawaqiul Anwar, Al Allamah Al Amir berkata; dari kesempurnaan ma’rifat adalah kesaksian hamba dan tuhannya, orang ma’rifat yang meniadakan untuk menyaksikan hamba pada satu waktu maka dia bukanlah orang yang ma’rifat, saat itu hanyalah orang yang dibukakan kepadanya kesaksian, dan orang dalam keadaan demikian adalah seperti orang yang mabuk yang biasa melakukan penelitian dan pemeriksaan, sehingga jelas bahwa apa yang dianggap oleh mereka tentang Wihdatul Wujud dan Ittihad yang diikuti oleh sekelompok kaum, tidaklah seperti yang dianggap mereka.
Ketika para penyembah berhala itu mengatakan hanya untuk mendekatkan diri kepada Alloh dan mereka tidak mengatakan bahwa berhala itu adalah Alloh, lalu kenapa hal ini dihubungkan dengan orang yang ma’rifat.
Sesungguhnya yang dimaksud perkataan orang yang ma’rifat: jika kamu mengetahui bahwa setiap sesuatu adalah seseorang, maka itulah makna Al-Ittihad yang sebenarnya, maka setiap orang bias mencapai kedudukan tersebut, walaupun mereka mempunyai perbedaan.

Sengaja pembahasan golongan ini dengan sedikit panjang karena sangat membahayakan bagi umat islam, lebih berbahaya daripada orang-orang kafir dan aorang-orang ahli bid’ah.
Mayoritas masyarakat/kaum menghormatinya, mendengar ucapan-ucapannya, padahal mereka tidak mengetahui seluk beluk/ asal usul bahasa arab.
Diriwayatkan dari Asma’i dari Kholil dari Abi Amrin ibnul ‘ala, ia berkata: orang-orang di Irak mayoritasnya zindiq karena kebodohannya dalam bahasa arab, mereka meyakini Al Hulul dan Al Ittihad sehingga mereka menjadi kafir.
Al Qodhi Iyadh berkata: bahwa setiap ucapan yang mengarah kepada menghilangkan sifat
ke Tuhan an dan ke Maha Esa an atau menyembah kepada selain Alloh atau menyembah
kepada-Nya dengan menyembah kepada yang lain-Nya, maka menjadi kafir.
Seperti ungkapan kelompok dzohiriyah, nashoro, majusi dan orangorang yang menyekutukan Alloh dengan menyembah berhala atau malaikat atau syaitan atau matahari, bintang, api atau menyembah kepada salah satunya selain kepada Alloh, seperti begitu juga adalah kelompok Al Hulul dan At Tanasukh (panteisme), begitu juga termasuk kafir :
Orang yang mengakui ke Tuhanan Alloh dan Dia Maha Esa akan tetapi ia meyakini bahwa Alloh tidak tetap dan Dia adalah bukan Qodim (terdahulu)
Alloh dianggapnya sebagai sesuatu baru atau dapat dibentuk
Mengakui bahwa Alloh memiliki anak atau dan teman
Mengakui Alloh mempunyai anak dari seseorang
Mengakui bahwa Alloh menetap dalam satu tempat
Menganggap Alloh memiliki sesuatu selain dzat-Nya yang Terdahulu
Mengakui adanya pencipta alam selain Alloh
Mengakui ada yang mengurus alam selain Alloh
Maka itu semua adalah kekufuran menurut kesepakatan kaum muslimin.

Termasuk ingkar terhadap kenabian baik secara pokok maupun khusus, atau tidak mengakui kepada sebagian para Nabi Alloh yang telah ditetapkan oleh Alloh terhadap para Nabi tersebut setelah mengetahuinya, begitu juga orang yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad bukanlah dari Mekkah dan Hijaz, juga orang yang mengakui kenabian seseorang bersama Nabi Muhammad SAW sesudahnya, atau mengakui dirinya sebagai nabi atau juga menjadi kafir yaitu seorang sufi yang mengaku dirinya bersih dan mendapatkan wahyu, walaupun ia tidak mengakui sebagai nabi.
Dalam kitab Al Anwar, Imam Qodhi Iyadh mengatakan bahwa setiap orang yang berbicara dengan sesuatu yang bias menjadikan penyebab sesatnya umat atau mengkafirkan sahabat, maka pasti dia kafir, sama halnya dengan orang yang melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang sujud terhadap salib atau api, atau berjalan menuju gereja bersama ahli gereja dengan berpakaian sama termasuk sabuk dan yang lainnya, atau kafir juga orang yang mengingkari keistimewaan Mekkah, Ka’bah, Masjidil harom, padahal ia telah mengenalnya dan mengetahuinya karena telah bergaul dengan orang-orang islam.

Pasal – 3
KHITTOH SALAFUS SHOLEH, SAWADUL ‘ADZOM,
PENTINGNYA BERPEGANG KEPADA SALAH SATU MAZHAB.

Apabila mengetahui yang telah disebutkan diatas, maka yang benar adalah pendapat orang-orang salaf yang berpegang terhadap garis-garis yang telah dijalani orang-orang salaf yang sholeh,
karena sesungguhnya mereka Sawadul Adzom (golongan ulama agung), mereka selalu sama bersesuaian dengan ulama haromain yang mulia dan dengan ulama Al Azhar yang menjadi panutan, teladan dan pengikut kebenaran.
Selain itu, masih banyak ulama-ulama lain yang tidak terhitung semuanya,
mereka tersebar diseluruh dunia, sebagaimana tidak mungkin menghitung bintang dilangit.
Rosululloh SAW bersabda : sesungguhnya Alloh tidak mungkin menyesatkan umatku secara keseluruhan, kekuasaan Alloh pada jama’ah (kelompok), barang siapa menyendiri (berpisah dari jama’ah) maka sampai dinerakapun dia akan sendiri, Imam Ibnu Majah menambahkan : jika terjadi perbedaan, maka berpegang teguhlah terhadap ulama yang agung, beserta yang benar dan ahlinya, dan dalam kitab Jami’ush Shogir bahwa Alloh telah menyelamatkan umatku dari kesesatan yang dilakukan secara sepakat oleh jama’ah.

Mayoritas ulama yang agung tersebut adalah para ulama pengikut mazhab yang empat,
termasuk Imam Bukhori (ahli hadist) adalah pengikut mazhab Syafi’i, ia mempelajarinya dari Imam Humaidi, Za’faroni dan Karibisi.
Begitu juga Imam Khuzaimah dan Imam Nasa’i, Imam Junaidi adalah pengikut Imam Ats Tsauri,
Imam Syubuli adalah pengikut mazhab Maliki, Imam Muhasibi adalah pengikut mazhab Syafi’i,
Imam Al Jariri adalah pengikut mazhab Hanafi, Syekh Abdul Qodir Al Jailani adalah pengikut mazhab Hambali, Imam Syadzili adalah pengikut mazhab Maliki.
Mengikuti mazhab yang jelas hakikatnya adalah memperkuat/memperkokoh, lebih mendekatkan kepada pengetahuan dan lebih mendorong kepada kebenaran serta lebih mudah mendapatkannya.
Dan melalui jalan inilah dalam rangka melaksanakan sikap dan perilaku para ulama salaf yang sholeh serta para guru terdahulu, semoga Alloh memberikan ridho kepada mereka semua.

Mayoritas umat islam sepakat bahwa keluar dari mazhab adalah sesuatu yang terlarang,
umat islam hendaknya berpaling/menentang terhadap jama’ah (organisasi) yang berbeda
dengan para ulama salaf yang sholeh.
Rosululloh SAW telah bersabda : Aku perintahkan kepada kalian lima hal sebagaimana Alloh perintahkan kepadaku, yaitu : mendengar, mentaati, berjihad, hijrah, dan tetap berada dalam jama’ah (organisasi), sesungguhnya orang yang melepaskan diri dari jama’ah sejengkal saja, maka ia telah melepaskan tali islam dari lehernya, dan Umar Ibnu Khottob berkata : tetaplah kalian berada dalam berjama’ah,
dan janganlah kalian berpecah belah, karena syaitan selalu dengan orang yang sendirian dan syaitan lari apabila ada dua orang yang sepakat/bersama, barang siapa yang ingin surge/kenikmatan,
maka hendaklah selalu dalam jama’ah.
Secara khusus ajaklah kepada saudara-saudara kita muslim yang awam, supaya mereka benar-benar bertaqwa kepada Alloh SWT, dan tidak mati kecuali dalam keadaan muslim, juga mendamaikan permusuhan, melakukan silaturahmi, menjaga hubungan baik dengan tetangga, kerabat dan teman, dan mengetahui hak-hak kedua orang tua, menyayangi orang-orang yang lemah dan rakyat kecil, menjauhkan perilaku saling bermusuhan, memutuskan silaturahmi, iri hati, memecah belah dan berbeda-beda dalam agama.
Himbaulah agar mereka selalu bersaudara, saling tolong menolng dalam kebaikan, berpegang teguh kepada hukum Alloh, bersatu, mengikuti Al Qur’an dan Hadist, serta mengikuti perilaku para ulama seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik Ibnu Annas, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad bin Hambal,
semoga Alloh memberikan ridho kepada mereka semua.

Pasal – 4
KEWAJIBAN TAQLID BAGI ORANG YANG BUKAN AHLI IJTIHAD
( MUJTAHID ).

Menurut jumhur (mayoritas) ulama yang mumpuni ilmunya, setiap orang yang kapasitasnya belum mencapai mujtahid mutlak, walaupun telah memiliki sebagian disiplin ilmu, maka wajib baginya untuk mengikuti para mujtahid mutlak tersebut, menerima fatwa-fatwanya, supaya ia bisa mengikuti terhadap yang salah satu mazhab yang dia kehendaki, sesuai firman Alloh SWT :…maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. (QS. An Nahl : 43)
Alloh SWT mewajibkan bertanya kepada orang yang tidak berpengetahuan, dan itu artinya harus mengikuti (taqlid) kepada orang yang berpengetahuan tentang masalah apapun yang mereka tidak ketahui, perintah ini mencakup kepada semua manusia.
Ulama telah sepakat bahwa manusia tidak semuanya pintar (mengetahui), sejak zaman sahabat dan tabi’in, apabila muncul persoalan-persoalan baru yang berbeda, mereka memohon fatwa kepada ahli ilmu (ulama mujtahid) dalam maalah hukum syariat dan kemudian mengikutinya. Sementara ulama memberikan jawaban tanpa menunjukkan dalilnya secara langsung, tapi mereka tidak melarang untuk menunjukkan dalilnya tanpa menyamarkannya, sehingga dengan dasar ini, telah menjadi kesepakatan para ulama, agar orang awam supaya mengikuti mujtahid, karena pemahaman orang awam tentang
Al Qur’an dan As Sunnah tidak bisa dijadikan pegangan, sebab seing tidak sesuai dengan hasil pemahaman para ulama besar, pemegang otoritas kebenaran yang terpilih.
Sesungguhnya setiap ahli bid’ah dan yang sesat memahami dan menjadikan hukum-hukum
Al Qur’an dan As Sunnah secara tidak benar dan kemudian mereka tetap tidak mau mengikuti kebenaran.
Orang awam tidak wajib mengikuti satu mazhab dalam satu persoalan secara teguh (fanatisme), apabila ia telah mengikuti mazhab tertentu seperti mazhab Imam Syafi’i, maka dia tidak wajib mempertahankannya, namun ia boleh pindah mazhab yang lain.
Orang awam yang tidak memiliki analisa dan dalil yang kuat, serta tidak mampu membaca kitab-kitab dalam masalah furuiyah agama, ketika dia berkata : saya pengikut Imam Syafi’i, ucapan tersebut tidak dianggap bernilai (hujjah). Ada sebuah pendapat ketika orang awam mengikuti satu mazhab
maka ia harus terus menerus mengikuti mazhab itu, karena ia telah berkeyakinan bahwa mazhab
yang diikutinya itu adalah benar, dia harus memenuhi kemantapan keyakinannya.
Bagi orang awam boleh mengikuti kepada selain imam mujtahidnya dalam satu persoalan yang terjadi, misalnya dia boleh mengikuti satu imam dalam sholat zuhur dan mengikuti imam lain dalam sholat ashar, taqlid/mengikuti setelah selesai mengerjakan satu persoalan hukumnya boleh, jika seorang pengikut Imam Syafi’i sholat dengan menganggap bahwa sholatnya sah tapi ternyata menurut mazhab tersebut batal, namun menurut mazhab lain sah, maka boleh baginya mengikuti mazhab lain tersebut dan sholatnya dianggap telah cukup menurut hukum.

Pasal – 5
KEWAJIBAN HATI-HATI DALAM BERAGAMA, MENGAMBIL ILMU, DAN MENGINGATKAN UNTUK MENJAUHKAN ORANG-ORANG
AHLI BID’AH, ORANG-ORANG MUNAFIQ SERTA PARA PEMIMPIN AGAMA YANG SESAT.

Wajib bagi umat islam untuk berhati-hati dalam mencari ilmu, hendaknya jangan mengambil ilmu bukan dari ahlinya. Diriwayatkan oleh Ibnu Syakir dari Imam Malik RA. berkata : jangan kamu membawa ilmu dari ahli bid’ah, dan juga jagan kamu mengambil ilmu dari orang yang tidak diketahui sumber ilmunya, dan jangan mengambil ilmu dari orang yang suka membohongi manusia walaupun ia tidak termasuk yang membohongi hadist Nabi SAW.
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Sirrin rohimahulloh, ilmu ini adalah agama, maka cermatilah darimana kamu mengambil agamamu, Imam Dailami dari Ibnu Umar (hadist Marfu) : ilmu adalah agama, sholat adalah agama, maka cermatilah darimana kamu mengambil ilmu ini, bagaimana kamu melakukan sholat, sesungguhnya kamu akan mempertanggung jawabkannya dihari kiamat, maka kamu jangan sekali-kali meriwayatkan hadist kecuali dari orang yang sudah terbukti keahliannya, yaitu dari orang yang adil, bisa dipercaya dan teguh memegang keyakinannya.

Imam Muslim dalam shohihnya meriwayatkan, bahwa Rosululloh SAW bersabda : akan datang diakhir masa pada umatku dimana manusia bercerita kepadamu tentang hal-hal yang tidak pernah kamu dengar, tidak juga oleh bapakmu, maka jauhilah mereka. Dalam shohih Muslim juga disebutkan, Abu Hurairoh berkata dan Rasululloh SAW bersabda : akan datang diakhir zaman para Dajjal pendusta, mereka datang semua dengan membawa hadist-hadist yang tidak pernah kamu dengar, begitu juga bapak-bapakmu, maka jauhilah mereka, sehingga kamu tidak bisa mereka sesatkan dan mereka fitnah.

Dalam shohih Muslim Amr bin Ash berkata: sesungguhnya didalam laut terdapat banyak setan yang dipenjara oleh Nabi Sulaiman, syaitan itu nyaris dan membacakan Al Qur’an kepada manusia, Imam Nawawi berkata, artinya : syaitan akan membaca sesuatu yang bukan Al Qur’an, namun ia mengatakan bahwa itu adalah Al Qur’an, tujuannya adalah untuk mengasingan manusia dari Al Qur’an. (Kadangkala bacaan betul dari Al Qur’an – Hadist, namun arti dan maksud disesatkan, sesuai keinginan mereka).
Imam Tabroni meriwayatkan dar sahabat Abu Darda : sesungguhnya yang paling aku takuti yang akan menimpa kepada umatku adalah para pemimpin (agama) yang menyesatkan, Imam Ahmad meriwayatkan dari Umar, dia berkata: sesungguhnya yang paling kutakuti terhadap umatku adalah banyaknya orang munafiq yang pandai bersilat lidah, menurut Imam Munawi orang yang munafiq itu adalah banyaknya ilmu lisan, akan tetapi hatinya bodoh dan sedikit amalnya.
Orang munafiq menjadikan ilmu hanya untuk mencari uang, ia makan dari ilmunya sebagai sesuatu yang dibangga-banggakan, dia menyuruh manusia dekat kepada Alloh akan tetapi dirinya semakin jauh dari Alloh. Diriwayatkan dari Imam Tabroni dari Imam Ali, berkata : sesungguhnya aku tidak takut umatku yang mu’min dan yang musyrik, bagi yang mu’min imannya akan menjaganya dan bagi orang yang musyrik ia akan menghancurkannya karena kemusyrikannya, namun yang aku takuti kepada kalian adalah orang munafiq yang pandai bersilat lidah, dia mengucapkan apa yang kalian ketahui namun dia mengamalkan apa yang kalian ingkari. Imam Ziyad bin Qodir berkata: Umar bin Khottob bertanya kepadaku, apakah kamu mengetahui sesuatu yang akan merobohkan islam ? aku menjawab tidak mengetahuinya, lalu Umar berkata: yang akan menghancurkan umat islam adalah :
Pertama, orang yang berilmu yang tergelincir dari ilmunya.
Kedua, orang munafiq yang BERDEBAT dengan menggunakan Al Qur’an.
Ketiga, para pemimpin yang menyesatkan umatnya dalam hal hukum.

Pasal – 6
PENJELASAN HADIST-HADIST DAN ATSAR TENTANG DIANGKATNYA ILMU
DAN DATANGNYA KEBODOHAN.

Ibnu Hajar Al Asqolani dalam kitabnya Fathul Bari berkata : Alloh akan mencabut para ulama (dari muka bumi) dan mencabut ilmu bersama mereka, maka muncullah berbagai macam masalah baru yang kompleks (sulit diselesaikan) seperti onta yang berkeliaran kesana kemari, dan seorang syeikh pada saat itu lemah (tidak mampu menyelesaikannya).

Abu Umamah meriwayatkan pada saat sedang Haji Wada’, Rosululloh brdiri diatas onta adam (warnanya agak merah) dan Rosululloh bersabda : Wahai manusia tuntutlah ilmu sebelum ilmu tersebut diambil dan sebelum diangkat dari bumi, ingatlah bahwa hilangnya ilmu adalah karena hilangnya para pembawa ilmu. Seorang baduwi bertanya kepada Rosululloh : wahai Rosululloh, bagaimana ilmu menghilang dari kita, sedangkan didepan kita ada banyak mushaf dan kita telah mengajarkannya kepada putra-putri kita, isteri-isteri dan para pembantu kami ? Rosululloh sambil mengangkat kepalanya sambil marah dan beliau menjawab : orang yahudi dan orang nasrani memiliki banyak mushaf, naun mereka tidak berpegang teguh kepada mushaf tersebut dengan satu hurufpun, walaupun mereka telah diajarkan oleh para Nabi mereka.

Ibnu Mas’ud berkata : manusia memiliki nilai-niai kebaikan selama mereka mendapatkan ilmu dari para sahabat dan para pembesar (ulama) mereka, akan tetapi apabila mereka mendapatkan ilmunya dari orang-orang kecil dan terpecah belah keinginan mereka, maka hancurlah mereka. Imam Bukhori dalam shohihnya mengatakan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh : hari kiamat tidak akan tiba kecuali mereka mengambil sesuatu sebagaimana yang telah diambil oleh umat sebelumnya, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, Rosululloh ditanya : apakah orang parsi dan romawi ? Rosululloh menjawab : dari umat manusia kecuali mereka. Abu Said Al Khudri meriwayatkan, Rosululloh SAW bersabda: kalian pasti akan mengikuti orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga seandainya mereka masuk kedalam persembunyiannya kalian mengikutinya, Rosululoh ditanya, apakah yahudi dan nasrani ? Nabi menjawab : siapa lagi ?
Imam Tabroni meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa Rosululloh SAW bersabda: sesungguhnya golongan umat pertama ini adalah umat pilihan, dan golongan akhir adalah golongan yang paling buruk karena mereka bersilang pendapat dan berpecah belah, barang siapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka mayatnya akan mendatanginya dan dia akan mendatangi manusia sambil membawa sesuatu yang dicintainya.
Dari Hisyam bin Urwah, bahwasanya dia mendengar bapaknya berkata: bani israil dalam menghadapi masalah tersebut selalu lurus, sampai lahir dari mereka anak-anak para tawanan umat, anak-anak tersebut menyesatkan bani israil, Hisyam berkata, ayahku berkata: berpegang teguhlah kepada sunnah, karena sunnah itu menjadi tiang agama.
Ibnu Wahab meriwayatkan dari Ibnu Syihab Al Zuhri dan dia berkata: sesungguhnya orang yahidi menggantikan ilmu yang ada dalam kekuasaannya ketika mereka mendapatkan kebebasan berpendapat, dan mereka memaafkannya..

Imam Bukhori meriwayatkan dalam kitab shohihnya dari Urwah, dia berkata: Abdulloh Ibnu Amrin melaksanakan haji beserta kami, saya mendengarkannya: saya mendengar Rosululloh SAW bersabda : sesungguhnya Alloh tidak mengambil ilmu dengan sendirinya setelah memberikan ilmu tersebut. Namun Alloh mengambil ilmu dengan mengambil ulama beserta ilmunya, maka yang tersisa adalah manusia yang bodoh-bodoh, apabila mereka dimntai fatwa (pendapat hokum), maka mereka member fatwa/jawaban dengan menurut pendapatnya, padahal mereka sesat dan menyesatkan kepada orang lain.
Aisyah isteri Nabi juga meriwayatkan hadist ini, kemudian setelah Abdulloh Ibnu Amrin melaksanakan haji, Aisyah berkata: wahai anak saudara perempuanku pergilah kepada Abdulloh, maka mintalah kepada dia untuk menetapkan dalam hatiku hadist yang diberikan kepadamu, kemudian aku mendatanginya dan bertanya kepadanya, lalu saya datang kepada Aisyah dan memberikan kabar maka Aisyah berkata : demi Alloh, Abdulloh Ibnu Amrin telah mampu menjaga hadist.
Dalam kitab Fathul bari ada sebuah riwayat yang berasal dari Masruq yang bersumber dari Ibnu Mas’ud, ia berkata: akan datang kepada kalian suatu maa yang sangat buruk dari masa sebelumnya, dan saya tidak yakin aka nada pemimpin yang lebih baik daripada pemimpin yang sekarang dan tidak yakin pula ada tahun yang lebih baik dari tahun sekarang, akan tetapi para ulama dan para ahli fiqihnya meninggalkan kalian (wafat) semua, dan tidak ada yang menjadi penggantinya. Kemudian datanglah kaum yang memberikan fatwa dalam suatu masalah dengan pendapatnya, merek inilah yang merusak dan menghancurkan islam.

Pasal – 7
PENJELASAN TENTANG DOSA ORANG YANG MENGAJAK DAN MEMBUAT PERILAKU YANG BURUK.

Alloh SWT berfirman : (Ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebagian dosa-dosa orang yang mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun(bahwa mereka disesatkan). Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu. (QS. An Nahl : 25)

Imam Abu Daud dan Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairoh, dia berkata, Rosululloh SAW bersabda : barang siapa yang mengajak(orang lain) untuk mengikuti petunjuk, maka ia akan mendapatkan pahala dari orang yang mengikutinya dan tidak sedikitpun dosa itu dikurangi, dan barang siapa yang mengajak perilaku buruk(dosa), maka ia akan mendapat dosa dari orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun dosa (dari yang mengikutinya).
Imam Muslim mengeluarkan hadist yang berasal dari riwayat Abdurahman bin Hilal dari Jairi bin Abdulloh Al Bujli dalam hadist yang panjang, dia berkata didalamnya, Rosululloh SAW bersabda : barang siapa yang membuat tradisi kebajikan dalam islam, maka ia akan memperoleh pahala dari kebajikan orang-orang yang mengikutinya (mengamalkannya), tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala orang yang mengikutinya, dan barang siapa yang menciptakan tradisi yang buruk (perbuatan dosa) dalam islam, maka ia akan mendapatkan dosa dari orang-orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikitpun dosa dari orang-orang yang mengiktinya.

Imam Mujahid dalam menafsirkan ayat diatas menjelaskan : mereka menanggung dosanya sendiri dan dosa orang lain yang mengikutinya, dan hal ini tidak meringankan sedikitpun beban/siksa dari orang yang mengikutinya, Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Amr bin Auf, sesungguhnya Rosululloh SAW bersabda : barang siapa yang menghidupkan salah satu sunnahku yang sudah dimatikan setelah aku meninggal, ia akan memperoleh pahala seperti pahala orang-orang yang mengamalkannya, tanpa dikurangi pahalanya sedikitpun dari orang-orang yang mengamalkannya, dan barang siapa berbuat bid’ah berupa bid’ah yang sesat yang tidak diridhoi Alloh dan Rosul-Nya, maka ia akan memperoleh dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa diurangi sedikitpun.
Dan Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairoh, dia berkata bahwa Rosululloh SAW bersabda : barang siapa yang berpegang teguh pada sunnahku ketika umatku sudah rusak, maka baginya pahala seperti seratus orang yang mati syahid.

Pasal – 8
PENJELASAN TEPECAHNYA UMAT NABI MUHAMMAD MENJADI 73 GOLONGAN, GOLONGAN YANG SESAT DAN GOLONGAN YANG SELAMAT ( AHLU SUNNAH WAL JAMA’AH).

Imam Abu Daud, Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairoh RA bahwa Rosululloh SAW bersabda: Orang Yahudi akan pecah menjadi 71 golongan, orang Nasrani akan pecah menjadi 72 golongan dan umatku akan pecah menjadi 73 golongan, semuanya masuk ke neraka kecuali satu golongan. Ditanyakan kepada Rosululloh, siapakah mereka yang selamat ? Rosul menjawab: mereka adalah orang-orang yang seperti aku dan para sahabatku. Imam Syihab Al Khofaji mengatakan dalam kitabnya Nasilur Riyadh : Golongan yang selamat adalah golongan Ahlu Sunnah wal Jama’ah, dan dalam kitab Hasyiyatusy Syanwani atas Mukhtasar ibnu Abu Jamroh: mereka (ahlu sunnah wal jama’ah) adalah Abul Hasan Asy’ari dan kelompoknya yang ahlu sunnah dan para pemimpin ulama, karena Alloh menjadikan mereka sebagai bukti/dalil terhadap makhluq-Nya, kepada mereka orang-orang awam menyandarkan agamanya, mereka adalah golongan yang dimaksud oleh hadist nabi: Sesungguhnya Alloh tidak akan menyesatkan umatku dalam kesesatan.

Imam Manshur ibnu Thohir At Tamimi dalam syarah hadist ini, ia berkata: Para pemilik Maqolat (ulama yag ahli dalam memahami ungkapan) telah mengetahui bahwa Rosululloh tidak menghendaki golongan tersebut adalah yang dicela, yang suka berselisih pendapat dalam hal furu’iyah fiqih berupa halal dan haram, akan tetapi maksud Nabi mencela golongan yang berselisih/ menentang terhadap golongan yang benar dalam pokok-pokok masalah tauhid, dalam masalah pokok takdir baik dan buruk, dalam masalah syarat-syarat kenabian dan kerosulan, dalam masalah kasih saying para sahabat dan hal-hal yang berlaku dalam ushul fiqih.
Karena orang-orang yang berselisih pendapat dalam masalah ini akan saling mengkafirkan antara satu dengan yang lainnya, berbeda dengan masalah furu’iyah, mereka tidak saling mengkafirkan dan tidak juga memfasiqkan terhadap yang berbeda dengannya, sehingga dalam menjelaskan makna hadist tersebut berkaitan dalam perpecahan umat masih dalam perbedaan.

Pada waktu akhir kehidupan para sahabat, terjadi perselisihan dengan lahirnya aliran Qodariyah yang dipimpin oleh Ma’bah Al Juhani beserta pengikutnya, para sahabat yang masih hidup pada masa itu seperti Abdulloh ibnu Umar, sahabat Jabir dan sahabat Annas dan selain mereka tidak ikut kedalam aliran tersebut, semoga Alloh meridho’I kepada mereka semua.
Kemudian setelah itu banyak terjadi perselisihan dan sedikit demi sedikit akhirnya golongan terpecah genap menjadi 73 golongan yang sesat, akan tetapi golongan yang ke 73, yang satunya adalah golongan Ahlu Sunnah wal Jama’ah, mereka adalah golongan yang selamat.
Kalau dipertanyakan, apakah perpecahan ini diketahui ? maka jawabannya adalah kami tidak mengetahui perpecahan tersebut disertai dengan sumber-sumbernya, karena sesungguhnya dalam setiap kelompok terbagi ke beberapa golongan, akan tetapi kami tidak dapat mencakup nama-nama kelompok tersebut beserta mazhab-mazhabnya.

Sumber golongan yang berpecah belah itu adalah golongan Al Haruriyah, Al Qodariyah, Al Jahmiyah, Al Murji’ah, Ar Rafidhoh, dan golongan Jabbariyah, sebagian para ahi ilmu mengatakan: yang menjadi sumber perpecahan adalah kelompok enam tersebut, kemudian dalam setiap kelompok terbagi menjadi 12 golongan, maka menjadi 72 golongan.
Imam ibnu Ruslan Rohimahulloh Ta’ala mengatakan, ada yang berpendapat bahwa perincian golongan tersebut 20 golongan, diantara mereka adalah golongan rowafidh, 20 golongan Khowarij, 20 golongan Qodariyah, 7 golongan Murji’ah, dan 1 golongan Najjariyah, mereka memiliki golongan lebih dari sepuluh tetapi dihitung satu golongan, yaitu: kelompok Haruriyah, kelompok Jahmiyah, 3 kelompok Karomiyah, sehingga jumlahnya menjadi 72 golongan.

Pasal – 9a

PEMBAHASAN TENTANG TANDA TANDA DEKATNYA HARI KIAMAT.

Tanda-tanda kiamat sangat banyak, diantara tanda-tanda tersebut adalah :

1. Kurang adanya saling membantu, kurang tolong menolong dan kurangnya orang yang membantu menegakkan agama. Keterangan ini diambil dari hadits Nabi, sebagaimana sabdanya : Akan dating kepada manusia suatu masa, yaitu orang yang bersabar (konsisten) dalam agamanya seperti orang-orang yang memegang bara api. (H.R. Imam Tirmidzi dari Annas Ibnu Malik RA).
2. Akan datang pada akhir zaman hamba-hamba yang bodoh dan para pembaca al Qur’an yang fasiq. Abu Nuaim meriwayatkan hadits ini dalam kitab Al Hilyah, sedangkan Imam Hakim menyebutkan hadits ini dalam kitab Al Musradrok, keterangan ini juga dari sahabat Annas Ibnu Malik RA.
3. Kiamat tidak akan terjadi kecuali munculnya orang-orang yang lebih senang membanggakan masjid daripada menghidupknnya. Keterangan ini diambil dari riwayat Imam Ahmad dalam kitab Musnad nya, dan Imam Daud dalam kitab Sunan nya dari sahabat Annas Ibnu Malik RA.
4. Banyaknya orang yang memutuskan tali silaturahmi, orang yang dipercaya berkhianat dan pengkhianat diberikan kepercayaan (HR. Imam Tabroni dari Annas Ibnu Malik RA)
5. Naiknya bulan (menunjukkan sudah tanggal) maka akan dikatakan dua malam (HR. Imam Tabroni dari Ibnu Mas’ud RA)
6. Orang yang baik-baik meninggal lebih awal, dan yang tersisa manusia-manusia ampas, sebgaimana ampas gandum dan ampas korma. (HR. Imam Ahmad dan Imam Bukhori)
7. Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali zuhud hanya sebagai cerita/pembicaraan semata dan waro’ dibuat-buat. (HR. Abu Nuaim dalam kitab Al Hilyah)
8. Anak menjadi sumbernya marah, hujan menjadi sebab panas dan perbuatan caci maki semakin menyebar luas. (HR. Imam Tabroni dari Ibnu Mas’ud RA)
9. Kiamat tidak akan terjadi kecuali setiap golongan dipimpin oleh orang yang munafiq. Pemimpin ketika itu adalah orang yang paling rendah dan paling fasiq. (HR. Imam Tabroni dari Ibnu Mas’ud dan Imam Tirmidzi dari Abu Hurairoh RA)
10. Semakin megahnya mihrob (tempat ceramah) namun semakin goyah (tidak konsisten) hati mereka. (HR. Imam Tabroni dari Ibnu Mas’ud RA)
11. Majunya perdagangan sehingga para isteri membantu suaminya dalam perdagangan tersebut, memutus tali silaturahmi, masyhurnya pena/tulisan dan munculnya para saksi yang pembohong (HR. Imam Ahmad dan Imam Bukhori dari Ibnu Mas’ud RA). yang dimaksud dengan tersebarnya pena/tulisan adalah banyaknya para penulis yang bukan ahlinya dan sedikitnya para ulama, artinya mereka merasa cukup belajar dari tulisan tersebut, supaya mereka dipercaya dapat bergabung dengan para hakim (orang yang member fatwa hukum).
12. Amanah dijadikan sperti rampasan, zakat dijadikan sebagai penutup kerugian dan ilmu dipelajari bukan demi tegaknya agama (HR. Imam Tirmidzi dari Ibnu Mas’ud RA).
13. Seorang isteri melawan suaminya dan berani membangkang ibunya, lebih dekat dengan teman daripada dengan orang tuanya dan bersorak dengan suara keras didalam masjid. (HR. Imam Tirmidzi dari Ibnu Ma’ud RA)
14. Bermunculan para penyanyi dan banyaknya alat music, khomr (arak/minuman keras) diinum secara terang-terangan dan banyak rang yang melaknat/menghina PARA UMAT PENDAHULU (Salafus Sholeh). (HR. Imam Tirmidzi dari Ibnu Ma’ud RA).
15. Para pengikut Dajjal beraneka ragam yang semuanya penipu, yang benar dianggap pembohong dan yang pembohong dianggap benar, yang jujur dikhianati dan yang khianat dipercaya, dan berkata dengan hina. Ditanyakan kepada Rosululloh SAW, apakah yang dimaksud hina ? Rosuulloh menjawab : yang dimaksud hia adalah orang-orang biasa ikut membicarakan masalah yang bukan pada tempatnya dan bukan ahlinya. (HR. Imam Ahmad dan Imam Al Bazzar dari Annas Ibnu Malik RA).
16. Tidak akan muncul kiamat kecuali kalian melihat masalah besar yang kalian sendiri belum mendengarnya, sehingga menjadi gawat/berat dalam diri kalian karena masalah tersebut, dan kalian menanyakan, apakah hal ini Nabi pernah menyebutkannya, sehingga kalian melihat gunung pindah dari tempatnya. (HR. Imam Ahmad dan Imam Tabroni dari Samroh Ibnu Jundab RA).
17. Apabila sesuatu diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya. (HR. Imam Bukhori sari Ab Hurairoh RA).

Pasal – 9b
PEMBAHASAN TENTANG TANDA TANDA DEKATNYA HARI KIAMAT.

18. Tidak akan terjadi kiamat kecuali sampai ada seorang laki-laki yang berjalan diatas kuburan dan ia berkata : seandainya saya sebagai pemilik tempat kuburan ini. (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairoh RA)
19. Tidak akan terjadi kiamat kecuali ada seoranglelaki yang melampiaskan hasratnya kepada wanita
di jalan-jalan, maka orang yang baiknya pada hari tersebut berkata: seandainya bisa bersembunyi
dibalik pagar/dinding ini(HR. Abu Ya’la dari Abu Hurairoh RA)
20. Tidak akan terjadi kiamat kecuali sampai ada seorang wanita yang disetubuhi ditengah jalan diwaktu siang hari, dan semua orang menyaksikan kejadian tersebut tanpa sungkan,
ada seorang diantara mereka berkata: apabila mungkin kita bisa pinggirkan (kejadian tersebut)
sedikit saja jauh dari jalan, maka ada diantara mereka yang seperti Abu Bakar dan Umar Ibnu Khottob.
(HR. Imam Hakim Abu Abdillah dari Abu Hurairoh RA).
21. Imam Rabroni meriwayatkan dari Abi Umamah RA: dan sehingga ada seorang perempuan
yang melewati keruunan kaum, kenudian diantara kaum ada seseorang yang mengangkat pakaian
(rok mini) tadi seperti mengangkat ekor kambing, sementara sebagiankaum lainnya
berkata: tidakkah sebaiknya perempuan ini disembunyikan dibelakang dinding,
yang berkta seperti tadi adalah orang yang kualitas imannya seperti Abu Bakar
dan Umar RA pada masa kalian.
22. Hari kiamat tidak akan muncul kecuali sampai hati manusia pada ingkar, berselisih pendapat, sesame saudara satu bapak dan atu ibu saling konflik dalam masalah agama.
(HR. Imam Dailami dari Hudzaifah RA)
23. Tidak akan terjadi kiamat kecuali sampai masjid-masjid dijadikan kantor,
sehingga fungsinya bukan untuk bersujud kepada Alloh. Dan sampai ada seorang anak menjadikan orang tuanya diperintahkan untuk mengantarkan surat kebelahan dunia, sampai seorang pedagang berusaha kepenjuru dunia, akan tetapi tidak mendapatkan untung.
(HR. Imam Tabroni dari Ibnu Mas’ud RA) keterangan ini merupakan lambang ketika manusia tidak cinta/perhatian terhadap sholat, dan tidak adanya sikap penghormatan dari anak kecil
terhadap orang yang lebih tua, dan tidak ada lagi keberkahan dalam usaha perdagangan
karena para pedagang terbiasa berbohong dan menipu.
24. Tidak akan lewat siang dan malam sampai Al Qur’an menjadi rapuh/rusak dihati manusia
dari umat ini seperti rusaknya pakaian. Mereka lebih mengagumi selain kitab suci Al Qur’an,
urusan yang mereka utamakan adalah urusan yang melanggar larangan Alloh, mereka tidak takut melanggarnya, dengan sebab itu malah mereka merasa mendapatkan ketenangan jiwa sehingga membuat mereka selalu melampaui batas dari apa yang dilarang oleh Alloh,
Ada yang berkata : Semoga Alloh mengampuni saya.
25. Islam akan rusak seperti rusaknya hiasan pakaian, sehingga tidak diketahui lagi,
apakah puasa, sholat, haji, bahkan shodaqoh. Yang tersisa pada saat itu seusia kakek-nenek,
mereka berkata: kita mendapati bapak-bapak kita konsisten terhadap kaliat ini, yakni Laa ilaaha illalloh (tiada tuhan yang paling berhak disembah kecuali Alloh) (HR. Ibnu Majah dari Hudzaifah Ibnu Yaman RA)
26. Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali sampai kalimatut thoyyibah Laa ilaaha illalloh tidak diucapkan lagi dimuka bumi.
27. Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali sampai kebatilan dan kebakhilan merajalela,
orang yang dipercaya dikatakan pengkhianat dan yang pengkhianat diberikan kepercayaan,
orang dipandang mulia rusak, dan yang merajalela adalah orang-orang yang jahat,
sahabat bertanya, wahai Rosululloh apakah yang dimaksud dengan At Tahhawut dan Al Wa’ul, Rosululloh menjawab : Wa’ul adalah orang-orang yang mulia dihadapan manusia
dan Tahawwut adalah orang-orang yang berada dibawah telapak kaki manusia.
(HR. Imam Tabroni dari Abu Huraroh RA)
28. Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali sampai70 pendusta, saya bertanya : apa tandanya ?
Rosul menjawab : mereka dating kepada kalian dengan membawa sunnah yang tidak ada pada kalian, mereka mengubah sunnahmu, maka apabila kalian melihat mereka, jauhilah mereka.
(HR. Imam Bukhori dari Abdulloh Ibnu Amr Al Ash RA)
29. Apabila tersebarnya perkataan , amal perbuatan disimpan dalam gudang,
mulut dipenuhi kenikmatan, hati manusia berbeda-beda dan memutuskan hubungan silaturahmi.
Maka pada saat itula Alloh membuat tuli telinga mereka dan membutakan mata mereka.
(HR. Imam Ahmad dari Abu Ibnu Hamid dari Salman Al Farisi)
30. Ketika manusia memamerkan ilmu, menyia-nyiakan amal, lebih mencintai bersilat lidah,
saling membenci dalam hati, memutuskan silaturahmi, maka pada saat itulah Alloh membuat tuli
telinga mereka dan membutakan mata mereka. (HR. Imam Abid Dunya dari Hasan)
31. Menurut Imam Baihaqi dan Imam lainnya berkata: tanda-tanda hari kiamat yang kecil-kecil itu
telah lewat (terjadi), kini kita menunggu (tanda-tanda) kiamat yang besar-besarnya.

Pasal – 9c
PEMBAHASAN TENTANG TANDA TANDA DEKATNYA HARI KIAMAT.

Kita akan mengakhiri hadits-hadits yang disebutkan diatas dengan hadits yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim dalam kitab shohihnya yang berasal dari sahabat Hudzaifah Ibnu Asid Al Ghifari RA, dia berkata: pada saat kami sedang membicarakan diantara kami, datanglah Rosululloh SAW
dan dia langsung menanyakan kepada kami, kalian sedang membicarakan apa ?
kami menjawab sedang membicarakan hari kiamat, beliau bersabda: Hari kiamat tidak akan terjadi kecuali kalian melihat 10 tanda, yaitu: asap tebal, dajjal, binatang, munculnya matahari dari arah barat, turunnya Nabi Isa Ibnu Maryam, Ya’juj dan Ma’juj, tiga gerhana (satu terbenam diarah timur,
satu diarah barat dan satunya di arab), dan api keluar dari arah Yaman yang menggiring manusia
ke tempat kumpulnya manusia.

Mengenai asap (sebagai tanda kiamat), Al Allamah Al Khozin dalam tafsirnya mengutip penjelasan sahabt Hudzaifah RA terhadap hadits Nabi : Wahai Nabi apa yang dimaksud dengan asap itu ?
Nabi kemudian menjawab dengan mambacakan ayat Al qur’an : Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata (QS. Ad Dukhon: 10) .
Kabut tersebut memenuhi seluruh angkasa mulai dari timur sampai ke barat dan berlangsung selama 40 hari 40 malam. Apabila orang mukmin terkena asap tersebut mereka akan seperti orang yang flu/pilek, dan apabila asap tersebut mengenai orang kafir, maka akan seperti orang mabuk,
kemudian keluar sesuatu dari lubang hidung, telinga dan lubang duburnya.
Tantang masalah dajjal ada penjelasan dalam kitab shohih muslim yang berasal dari Hisyam Ibnu Urwah, dia berkata, saya mendengar Rosululloh bersabda: Tidak ada makhluq smenjak Adam diciptakan sampai hari kiamat dating yang besarnya lebih dari dajjal, maksudnya lebih besar fitnah yang disebarkan oleh dajjal. Dalam kitab shohih Bukhori disebutkan ada sebuah riwayat dari Ibnu Umar, menurut dia, Nabi pernah menjelaskan tentang dajjal: mata kanannya buta seperti buah anggur
yang terapung, dalam riwayat yang bersumber dari Annas RA dari kitab yang sama,
Nabi bersabda: Seluruh Nabi pasti telah memperingatkan kepada umatnya tentang orang yang buta
dan pendusta, ketahuilah bahwa dajjal itu buta, sementara Tuhanmu tidak buta,
dan tertulis diantara kedua matanya kata K-A-F-I-R.
Imam Baghowi meriwayatkan dengan sanad dari Asma’ binti Yazid Al Anshoriyah RA,
diantara fitnah yang besar adalah apabila kelak orang baduwi dating dan bertanya: tahukah kamu aku telah menghidupkan ontamu, apakah kalian tidak sadar bahwa aku adalah tuhanmu ?
dia menjawab: ya, kemudian dia (syetan) menyerupai menjadi onta seperti ontanya yang paling bagus susunya dan paling besar giginya. Kemudian syetan mendatangi seorang laki-laki, yang saudara laki-laki dan bapaknya meninggal dunia, dia (syetan berkata: tahukah kamu bahwa aku bisa menghidupkan saudara dan bapakmu ? apakah kamu tidak sadar bahwa aku adalah tuhanmu?
Laki-laki tadi menjawab:ya, maka syetan berpura-pura menjadi saudara dan bapaknya.
Dalam sebuah hadits yang berasal dari Mughiroh Ibnu Syu’bah, dia berkata: tidak ada seorang yang vertanya melebihi pertanyaan tentang dajjal kepada Rosululloh SAW sebagaimana yang aku tanyakan kepadanya, bahwasanya Nabi bersabda kepadaku: dajjal itu tidak akan memberikan madhorot kepadamu, aku berkata: bahwa mereka berkata: sesungguhnya dajjal punya gunung roti
dan air sungai, Nabi bersabda: bahwa itu lebih mudah bagi Alloh. Dan Imam Tirmidzi meriwayatkan
dari Abu Bakar Shiddiq RA berkata: Rosululloh telah menceritakan kepada kami tentang dajjal,
dia akan keluar dari wilayah timur, dikatakan daerah tersebut Khurasan, yang diikuti oleh beberapa kaum, wajahnya aneh dan menunduk. Dan dari Annas Ibnu Malik RA berkata: Rosululloh bersabda: 70.000 orang yahudi akan mengikuti dajjal, diatas mereka Thoyalasah ( ? ).
Imam Nawawi Rohimahulloh Ta’ala berkata: qodhi Iyadh berkata: hadits-hadits yang telah disebutkan yang membahas tentang kisah dajjal adalah argumentasi bagi mazhab yang benar tentang keabsahan adanya dajjal, sesungguhnya ia adalah ujian yang Alloh berikan kepda hamba-hamba-Nya, Alloh memberikan bermacam-macam kemampuan kepada dajjal seperti bias menghidupkan yang sudah mati, menyuburkan bunga dengan jelas, menampakkan syorga dan neraka, mendekatkan
gedung-gedung yang ada dimuka bumi, memerintahkan alngit agar hujan, memerintahkan bumi
agar menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, semua dapat terjadi dengan kekuasaan Alloh
dan menjadi fitnah bagi dajjal, kemudian Alloh akan melemahkan/mengalahkan dajjal,
maka dajjal tidak akan mampu lagi membunuh satu orang laki-laki dan yang lainnya.
Dan Alloh membuat dajjal menjadi sia-sia semua urusannya, hingga Nabi Isa membunuhnya,
semoga Alloh mengokohkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh.
Pendapat ini adalah pendapat Ahlu Sunnah dan seluruh ulama ahli hadits dan ahli fiqih,
berbeda dengan kelompok yang mengingkarinya seperti golongan Khawarij,
Jahmiyah dan sebagian golongan Mu’tazilah.
Adapun yang dimaksud dengan dabbah (hewan), Al Allamah Al Khozin dalam tafsirnya dengan sanad dari Hudzaifah Ibnul Yaman RA, Rosululloh SAW telah menyebutkan dabbah, aku bertanya: darimana dabbah akan keluar ? Nabi menjawab: dari mesjid yang dimuliakan oleh Alloh,
ketika Nabi Isa AS thowaf bersama kaum muslimin di Baitulloh, hewan itu mengguncang bumi dan shofa (sebagai tempat sa’i) menjadi hancur berantakan. Shofa sebagai tempat keluar pertama binatang tersebut, kepalanya mengkilat ditumbuhi bulu-bulu halus dan bulu kasar.
Orang yang mencarinya tidak bias menemukannya dan orang yang lari tidak bias menghindarinya,
ia meracuni/ membunuh orang mukmin dan orang kafir, adapun orang mukmin wajahnya akan mengkilau seperti bintang yang diantara kedua matanya ditulis kata M-U-K-M-M-I-N, sedangkan orang kafir, binatang tersebut akan membuat titik hitam dan menuliskan kata K-A-F-I-R diantara kedua matanya, dari Abdulloh Ibnu Amrin RA berkata: binatang tersebut kepalanya menyentuh pada mega/awan
dan kedua kakinya menyentuh dimuka bumi.
Adapun yang dimaksud dengan matahari terbit dari arah barat yaitu sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab shohih Bukhori bab Badi’ul Kholqi (permulaan penciptaan makhluq) yang diriwayatkan
dari Abu Dzar RA berkata: telah berkata kepadaku Rosululloh SAW: pada saat matahari terbenam, tahukah kamu kemana matahari pergi ? aku menjawab: Alloh dan Rosul-Nya yang lebih tahu,
Nabi menjelaskan: pada saat pergi dia sujud kepada Alloh di Arsy, kemudian matahari minta izin
kepada Alloh, maka Alloh memberikan izin, hamper saja sujudnya dia tidak diterima, dan ia minta izin lagi, maka tidak diberikan izin lagi, Alloh memerintahkan matahari: kembalilah pada tempat engkau dating, kemudian matahari terbit dari barat, itulah yang dimaksud Firman Alloh SWT
dalam QS. Yasin:38 : dan matahari berjalan ditempat peredarannya,
demikianlah ketetapan yang Maha Perkasa lagi Maha mengetahui.
Imam Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari berkata: sujudnya matahari memungkinkan mewakili sujudnya para malaikat atau sujudnya dengan menggambarkan keadaan, hal ini menunjukkan tambahnya ketundukan dan kedekatan pada saat itu, Imam Nawawi berkata: dan adapun sujudnya matahari adalah untuk membedakan makhluk Alloh dengan matahari, wallohu A’lam.
Yang dimaksud dengan turunnya Nabi Isa As dan Ya’jud wa Ma’jud dalam shohih Muslim
yang berasal dari Nuwas Ibnu Sam’an RA berkata: Rosululloh SAW pernah menyebutkan tentang dajjal pada suatu pagi, dan Rosululloh merendahkan dan mengeraskan suaranya, sehingga kami menyangka dari sebuah pohon kurma, pada saat kami pergi/melihat ternyata suara tersebut ada diantara kami, kemudian Beliau bersabda: bagaimana keadaan kalian ? kami menjawab: wahai Rosululloh kemarin pagi engkau menyebutkan dajjal, dan engkau merendahkan dan mengeraskan suara engkau sehingga kami kira suara tersebut dari pohon kurma, maka Rosul menjawab: selain dajjal ada yang lebih menakutkan, apabila ia keluar dan saya ada diantara kalian maka aku yang akan menghadapinya selain kalian,
apabila ia keluar dan aku tidak berada diantara kalian, maka setiap orang akan menghadapinya
masing-masing, dan Alloh adalah penggantiku bagi setiap muslim. Dia adalah pemuda yang berwajah tampan, matanya menyerupai anggur yang berbinar seperti Abdul ‘Uzza Ibnu Qotan,
siapa yang bertemu dengannya bacalah surat Kahfi,, dia akan keluar dari jalan yang menembus
wilayah Syam/Syiria ke Irak, dia akan merusak apa saja yang ada dikanan dan sikirinya,
wahai hamba Alloh berpegang teguhlah kepada ajaran Alloh, kami bertanya: berapa lama
ia akan berada dimuka bumi, beliau menjawab: selama 40 hari, sehari seperti satu tahun,
sehari seperti satu bulan, sehari seperti satu minggu, semua harinya sama seperti hari-hari kalian,
kami bertanya: apakah yang satu hari satu tahun itu cukup bagi kami untuk sholat dalam satu hari ? Nabi menjawab: tidak, perkirakanlah sendiri, kami bertnya lagi: berapa cepatkah ia dibumi?
Rosul menjawab: seperti cepatnya air hujan yang diterpa angin, dia akan datang kepada suatu kaum dan akan mengajak kaum tersebut, mereka akan beriman kepadanya dan akan mengabulkan permintaan kaum, dia memerintahkan langit hujan, maka hujanlah, dia memerintahkan bumi
agar menumbuhkan tanaman, maka tumbuhlah tanaman, kemudian datanglah binatang-binatang
yang ukurannya lebih panjang dari pada hewan yang kalian temui, lebih banyak air susunya
dan lebih panjang perutnya, kemudian dia datang kepada suatu kaum, namun kaum menampik kedatangannya, maka dajjalpun pergi meninggalkan mereka, ketika mereka bangun dipagi hari,
mereka mendapati tidak ada satupun harta yang mereka miliki, dipersimpangan jalan dajjal melewati gudang penyimpanan, ia berkata: keluarkanlah isi gudangmu, maka gudang-gudang tersebut terbuka, gudang-gudang tersebut akhirnya mengikuti perintah dajjal seperti lebah jantan,
kemudian ia memanggil seorang laki-laki yang sudah beruban, dia tebas orang itu dengan pedangnya, dipotongnya menjadi dua dengan sekali tebas, kemudian ia memanggilnya, kemudian lki-laki itu datang menghadap dajjal sambil berseri-seri wajahnya, karena itulah Alloh mengutus Isa AS,
maka Nabi Isa AS akan turun dari menara putih diarah timur Damaskus dengan berlapis
dua lembar kain dan telapak tangannya berpegang pada kedua sayap malaikat.
Ketika Nabi Isa menunduk, air matanya menetes dipipinya, ketika ia mengangkat wajahnya,
mutiara seperti intan memancar darinya. Semua orang kafir yang mencium bau badannya langsung meninggal dunia, tubuhnya bias sampai ketempat manapun mata memandang,
kemudian Nabi Isa AS mencari dajjal dan kemudian ia menemukannya di pintu Ludd( ? )
dan membunuhnya. Setelah itu Nabi Isa AS mendatangi manusia yang telah dipelihara oleh Alloh SWT, dia mengusap wajah mereka dan menceritakan derajat mereka disyorga,
kemudian dalam hal yang sama, Alloh memberikan wahyu kepada Nabi Isa AS:
sesungguhnya Aku telah mengeluarkan hamba-hamba-Ku untuk berlindung di gunung Thur,
kemudian Alloh mengutus Ya’juj dan Ma’juj keseluruh penjuru bumi dengan berjalan cepat,
kelompok pertama dari mereka melewati lautan Thibrit dan mereka minum semua airnya,
kemudian lewat juga yang lainnya dan berkata bahwa mereka hanya mempunyai air untuk sekali minum lagi, Nabi Isa AS dan para sahabatnya kemudian memperkirakan bahwa sepotong roti bagi satu orang ketika itu lebih berharga dari pada 100 dinar bagi kalian pada hari ini.
Maka Nabi Isa AS dan sahabat-sahabatnya berdo’a kepda Alloh SWT, kemudian Alloh menurunkan
satu penyakit yang mengenai pundak mereka, sehingga mereka meninggal semua seperti meninggalnya satu jiwa, kemudian Nabi Isa dan sahabatnya turun kebumi, mereka menemukan setiap jengkal bumi dipenuhi bau busuk bangkai manusia, Nabi Isa dan para sahabatnya kembali kepada Alloh,
kemudian Alloh mengutus burung yang terbangnya sangat cepat seperti cepatnya nasib,
burung-burung itu membawa bangkai-bangkai tersebut sesuai kehendak Alloh,
dan kemudian menurunkan air hujan agar tanah yang keras menajdi lunak/gembur seperti semula,
Alloh mencuci bumi sampai bumi menjadi seperti taman, kemudian Ia mengatakan kepada bumi: tumbuhkanlah buahmu dan kembalikan berkahmu, ketika itu manusia hidup dari buah delima,
mereka bergantung pada rantingnya, memanfaatkan susu onta,
sehingga makanan untuk satu onta dapat mencukupi untuk sekelompok manusia.
Pada saat itu Alloh mendatangkan aroma wangi, aroma yang menyengat sampai dibawah perut,
aroma itulah yang mengambil nyawa kaum mukminin dan kaum muslimin,
maka yang tersisa adalah manusia yang jahat, kepada mereka inilah kiamat akan datang.
Adapun yang dimaksud dengan api yang datang dari Yaman, seperti yang disebutkan dalam hadts adalah api yang akan menggiring manusia. Seorang ulama berkata, ada empat macam bentuk penggiringan : 2 penggiringan ada didunia , salah satunya adalah ketika Nabi menggiring yahudi
dari Madinah ke Syiria/Syam, kedua api yang menggiring manusia ketempat kumpulnya manusia
pada saat dating hari kiamat, sementara yang lainnya setiap makhluq hidup sebelum ditiupkan
terompet yang pertama, mereka adalah orang-orang kafir, adapun orang mukmin,
mereka semua meninggal dunia dengan angin yang lembut.
Dua giringan yang lainnya ada di akhirat, salah satunya pada saat mengumpulkan manusia
ketempat peristirahatan setelah hidupnya dan yang terakhir ketika mereka berangkat
dari tempat istirahat ke syorga atau ke neraka..
Shodaqolloh wa Shodaqor Rosululloh.

Pasal – 10 Terakhir
PENJELASAN TENTANG PENDENGARAN DAN UCAPAN MAYIT, DIA MENGETAHUI TERHADAP YANG MEMANDIKAN, YANG MEMBAWA, YANG MENGKAFANI, YANG MENGANTAR DAN YANG MENGUBUR, SERTA KEMBALINYA RUH KE JASAD MAYIT.

Berkaitan dengan masalah mendengarkan dan berkata bagi orang yang telah meninggal dunia, Imam Bukhori dalam shohihnya yang diriwayatkan dari Annas Ibnu Malik RA dari Nabi Muhammad SAW bersabda: seorang hamba apabila ditempatkan didalam kuburannya, kemudian para kerabatnya berpaling dan pergi sehingga ia mendengar suara sandal kerabatnya, dating kepadanya dua malaikat dan kedua malaikat itu berkata kepadanya: apa yang kamu katakana tentang lelaki ini yakni Muhammad ? mayit tadi menjawab: aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba Alloh dan Rosul-Nya,
maka dikatakan kepadanya: lihatlah tempatmu di neraka, telah menggantikan tempatmu tadi dengan syorga, Nabi SAW bersabda: maka ia akan melihat kedua malaikat tadi. Dan adapun orang kafir atau orang munafik, keduanya menjawab (pada saat ditanya sama kedua malaikat) : saya tidak mengetahui, saya mengatakan apa yang dikatakan manusia, maka dikatakan : kamu tidak membaca,
kemudian kepalanya dipukul dengan kampak yang terbuat dari besi, maka ia menjerit dan jeritannya terdengar oleh semua yang ada disekitarnya kecuali dua makhluk (jin dan manusia).
Imam Bukhori meriwayatkan dari Abu Said Al Khudri RA bahwa Rosululloh SAW bersabda:
apabila seorang jenazah ditempatkan dan dibawa oleh beberapa orang laki-laki diatas pundaknya, apabila jenazah itu orang yang sholeh, maka ia akan berkata: dahulukan (segerakan) kalian kepadaku, sedangkan apabila ia bukan orang yang sholeh maka dia berkata: celakalah, kalian akan membawa aku kemana ? semua mendengar suaranya kecuali manusia, seandainya manusia mendengar suaranya, maka ia akan menjerit. Dan Imam Bukhori juga meriwayatkan dari Laits Ibnu Sa’ad, dia menyebutkan seperti yang diatas dan berkata: jenazah berkata kepada keluarganya: celakalah, dan Laits berkata: apabila manusia mendengar suara jenazah, maka ia akan pingsan. Imam Tabroni dalam kitab Al Ausat meriwayatkan hadits dari Abi Sa’id Al Khudri RA, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
sesungguhnya seorang mayit mengetahui terhadap orang yang memandikan, membawanya, mengkafani, dan mengubur di kuburannya, dan Sa’id Ibnu Jubair RA berkata: sesungguhnya orang-orang yang meninggal dunia itu akan datang kepada mereka berita orang-orang yang hidup, tidak seorangpun dari orang yang punya kekasih (kerabat) kecuali akan datang kepadanya berita tentang kerabat-kerabatnya. Apabila beritanya baik maka ia akan bahagia dan apabila beritanya buruk maka ia akan berpaling dan sedih. Ibnu Munabbih berkata: sesungguhnya Alloh membangun sebah rumah dilangit yang ketujuh yang dinamakan Al Baidho, didalamnya kumpul ruh-ruh orang mukmin, apabila dari ahlinya didunia yang meninggal dunia, maka mereka saling bertemu dan saling bertanya tentang berita-berita didunia seperti orang yang telah pergi dari keluarganya dan datang setelah bepergiannya. (HR. Abu Nu’aim dalam kitab Al Hilyah).
Adapun tentang kemampuan mayit memahami hidup dan tentang kembalinya ruh ke jasadnya, maka Imam Barro Ibnu Azib menyampaikan sebuah hadits yang panjang yang mengumpulkan tentang orang-orang yang telah mati, dan didalamnya penjelasan juga tentang kembalinya ruh kejasadnya. Imam Barro berkata: kami keluar beserta Rosululloh SAW dan berpapasan dengan jenazah dari sahabat Anshor, kemudian kami ke kuburan yang ternyata jenazahnya belum dimasukkan keliang lahad,
maka Rosululloh SAW dan kami duduk disekitar kuburan tersebut, dan diatas kepala kami seakan-akan ada seekor burung, maka Rosululloh mengarahkan kepalanya diarahkan keatas melihat kelangit,
dan kemudian menundukkan kepalanya dan melihat kebumi, dan kemudian beliau mengucapkan do’a: Aku berlindung kepada Alloh dari siksa kubur, beliau mengucapkannya berulang-ulang, dan beliau bersabda: sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila berjalan menuju akhirat dan putus dari kehidupan dunia, maka akan datang kepadanya malaikat lalu duduk diatas kepalanya dan berkata: keluarlah wahai jiwa yang tenang ke maghfiroh dan keridho’an Alloh, maka keluarlah jiwanya seperti derasnya air hujan. Dan malaikat yang putih wajahnya turun dari syorga dan wajahnya seperti sinar matahari, mereka membawa kain kafan dan wangi-wangian dari syorga, mereka duduk dalam beberapa saat, kemudian malaikat menggenggamnya dengan sekejap mata tapi ia tidak mengalami kegelisahan sedikitpun, inilah yang sesuai dengan firman Alloh SWT (QS. Al An’aam 61)
“Dan dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi diatas semua haba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang diantara kamu,
ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat kami, dan malaikat-malaikat kami itu tidak melalaikan kewajibannya.”
Rosululloh SAW bersabda: Orang yang mukmin keluar dari jasadnya, akan mengeluarkan arma yang sangat wangi, lalu naik bersama malaikat. Dalam suatu riwayat, para ruh tersebut akan melewati umat-umat terdahulu dan masa-masa yang telah lewat seperti layaknya bellang yang melayang diantara langit dan bumi. Ketika melewati umat yang lain berkata: ruh apa ini? Maka dijawab:
seseorang dengan nama yang paling dicintai sehingga mereka sampai kepintu langit yang ketujuh,
maka dia berkata: tulis namanya pada maqom yang tinggi, apa tempat tinggi itu? Kitab yang bagus
yang disaksikan oleh orang-orang yang mendekatkan diri kepada Alloh, maka ditulislah namanya
dalam awan yang tinggi. Kemudian dia (ruh) diperintahkan kembalilah kebumi,
sesungguhnya Aku telah berjanji bahwa dari sanalah Aku menciptakan mereka,
kesana pula Aku mengembalikan dan dari sana juga Aku keluarkan mereka kembali.
Kemudian mereka (ruh-ruh) dikembalikan kebumi dan ruhnya dikembalikan kejasadnya masing-masing, maka datang dua malaikat dengan bentakan yang keras, malaikat itu membentaknya dengan keras
dan mendudukkannya, kemudian berkata: siapa tuhanmu, apa agamamu? Dia menjawab:
tuhanku Alloh dan agamaku Islam, apa yang kamu ketahui tentang laki-laki yang diutus kepadamu?
Dia menjawab: dia adalah utusan Alloh, apa yang diajarkan kepadamu? Dia menjawab: dia menjelaskan sesuatu dari tuhan, kami percaya dan kami membenarkannya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
itulah maksud dari firman Alloh SWT. QS. Ibrahim : 27
“Alloh meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan didunia dan diakhirat, dan Alloh menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang dia kehendaki.”
Nabi bersabda: kemudian ada suara yang memanggil dari langit, hamba-Ku itu benar
maka berilah pakaian dari syorga, maka dibentangkanlah pakaian dari syorga dan diperlihatkan tempatnya kelak disana. Kemudian dibukakan pula pandangan matanya seluas-luasnya,
amalnya digambarkan seperti seorang laki-laki yang berwajah tampan, beraroma wangi dan berpkaian bagus, laki-laki tersebut berkata: aku menyampaikan berita gembira tentang ridho Alloh dan syorga yang didalamnya terdapat kenikmatan yang abadi, kemudian hamba tersebut berkata:
Alloh menyampaikan berita gembira melalui kamu, sebenarnya kamu siapa? Dia menjawab:
inilah hari yang telah dijanjikan untukmu, saya adalah amal yang baik.
Demi Alloh aku tidak mengajarkan apapun kepadamu kecuali cepat-cepatlah kamu mentaati Alloh
dan menjauhi perbuatan melawan kepada-Nya, maka Alloh akan memberikan balasan
kepadamu berupa kebaikan.
Rosululloh SAW bersabda: apabila mayit itu jahat maka ketika ia dibawa keakhirat
dan sudah terputus dari alam dunia, datanglah malaikat dan duduk disamping wajahnya,
malaikat berkata kepadanya: keluarlah wahai jiwa/ruh jahat, gembiralah kamu dengan kebencian
dan kemarahan Alloh, kemudian malaikat datang dengan wajah sangar dan pakaian yang kasar, kemudian malaikat menggenggamnya dan semuanya berdiri dan tanpa meninggalkan ditangannya sedikitpun, Rosul bersabda: maka terpisahlah ruh dari jasadnya, otot dan sarafnya pun
terpotong-potong seperti daging sate yang ada dalam tusukannya. Setelah malaikat mencabut ruhnya, keluarlah bau yang paling busuk yang pernah tercium, tidak satupun ruh yang melewati setiap tentara langit dan bumi kecuali mereka berkata: ruh jelek apakah ini? Mereka berkata: ini adalah ruhnya fulan yang paling jelek, sehingga kalau sampai dilangit maka pintunya tidak dibuka untuknya,
dan langit berkata: kembalikanlah ia kedunia, karena Aku telah berjanji dari sanalah Aku menciptakan mereka, kesana Aku kembalikan mereka, dan dari sana Aku keluarkan sekali lagi.
Nabi Muhammad SAW bersabda: dia dilemparkan dari langit, kemudian beliau menyampaikan
ayat Aloh SWT.
“….Barang siapa mempersekutukan sesuatu dengan Alloh, maka adalah ia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan angin ketempat yang jauh.”
Kemudian mayat tadi dikembalikan kebumi dan ruhnya dikembalikan lagi kejasadnya.
Dan datanglah malaikat dengan bentakan yang keras sambil mendudukkan mayat itu dan bertanya: siapakah tuhanmu dan agamamu? Saya tidak tahu, saya hanya mendengar manusia seperti itu,
malaikat berkata lagi: jadi kamu tidak tahu ? kuburnya menjadi sempit sehingga mayat tersebut terjepit, amalnya ditampakkan dalam bentuk laki-laki yang berwajah jelek, berbau busuk dan berpakaian jelek. Aku datang dengan membawa kabar gembira dengan kemarahan dan siksa Alloh, mayat bertanya: siapa kamu ini? Wajahmu datang seperti orang yang sengsara, laki-laki itu menjawab: saya adalah amal kamu yang jelek, demi Alloh, yang aku ketahui tentang kamu adalah orang yang tidak mentaati Alloh (beribadah) tapi dengan segera melakukan maksiat, maka didatangkan kepadanya malaikat yang tuli dan bisu yang disertai dengan tongkat dari besi, apabila tongkat tersebut dipukulkan kegunung
maka gunung tersebut akan hancur seperti debu, maka malaikat tersebut memukul mayat tadi dengan sekali pukul dan terdengar suara jeritannya oleh semua makhluk kecuali manusia dan jin,
kemudian ruhnya dikembalikan lagi kekasadnya dan dipukul lagi. Hadits ini diriwayatkan oleh jama’ah
dari beberapa imam hadits dalam sanadnya, diantara para imam tersebut adalah Imam Ahmad,
Imam haromain, Al Faqih Abu Baar Al Arobi dan Imam Syaifuddin Al Amidi berkata: umat (ulama) salaf telah sepakat sebelum adanya perbedaan dan merka menjadi mayoritas setelah lahirnya kelompok yang menentang tentang adanya ketetapan menghidupkan kembali orang yang meninggal dunia didalam kuburnya, pertanyaan dua malakat, adanya siksa kubur bagi orang yang berdosa dan orang-orang kafir. Firman Alloh SWT: “..dan Engkau telah menghidupkan kami dua kali..”
Yakni kehidupan dialam kubur dan kehidupan alam mahsyar, karena di keduanya itu ada kehidupan yang telah mereka ketahui dari Alloh tentang kehidupan alam kubur dan kehidupan alam mahsyar tersebut, adapun kehidupan dunia mereka tidak mengenal / mengetahui Alloh.

Ketahuilah sesungguhnya semua yang tercakup dalam hadits tersebut, tentang Malaikat Maut, Malaikat Munkar-Nakir dan yang lainnya termasuk masalah tempat diakhirat yang mutasyabih
(sesuatu yang belum jelas) sifatnya, tidak ada bagi seseorang untuk mengetahuinya secara akal semata, maka seorang hamba diuji dengan I’tikad (keyakinan) dirinya tanpa jalan lainnya. Sesungguhnya “Ahlu Sunnah” sepakat bahwa orang-orang yang telah meninggal dunia dapat menerima manfaat dari usaha yang dilakukan oleh orang-orang yang masih hidup, caranya dengan dua hal :
• Pertama dengan sesuatu yang biasa dilakukan oleh mayat ketika masa hidupnya.
• Kedua dengan do’a, istighfar (permohonan ampun) dan haji, dan terjadi perbedaan dalam hal ibadah badaniyah seperti puasa, sholat, membaca Qur’an dan dzikir, mayoritas ulama salaf mengakui bahwa ibadah badaniyah yang dilakukan oleh orang yang hidup tersebut sampai ke mayit (manfaatnya), dan sebagian ahli bid’ah mengatakan tidak akan sampai sama sekali ke mayit,
baik do’a maupun yang lainnya. Argumentasi (dalil) yang dikatakan oleh ahli bid’ah adalah ditolak oleh Qur’an dan Sunnah, adapun dalil mereka (ahli bid’ah) kemukakan adalah Firman Alloh SWT:
(QS. An Najm : 39)* : “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”*
Dalil ini ditolak, karena Alloh tidak menafikan manfaat amal seseorang untuk orang lain,
Alloh hanya menafikan memiliki selain amalnya sendiri, karena amal orang lain tersebut adalah milik orang yang melakukannya, jika ia menghendaki, maka bisa menyerahkannya kepada orang lain
dan apabila ia menghendaki untuk dirinya sendiri, maka ia tetapkan untuk dirinya,
Alloh SWT tidak mengatakan bahwa seseorang tidak dapat menerima manfaat dari amal orang lain.

Dan inilah akhir kitab ini, Alloh Maha Mengetahui tentang yang benar, dan hanya kepada-Nya tempat kami kembali dan pulang. Dia-lah Dzat yang mencukupiku dan sebaik-baiknya wakil.
Tiada daya upaya kecuali atas izin Alloh Yang Maha Luhur dan Maha Agung.
Semoga rahmat Alloh tetap disampaikan kepada pemimpin kita Nabi Muhammad SAW,
kepada keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan tabi’it tabi’in serta para pengikutnya
yang ada dalam kebaikan sampai hari kiamat. Segala puji bagi Alloh tuhan semesta alam.

FootNote: WA INNA LAYSA LIL INSAAN ILLAA MAA SA’A, dalam menafsirkan ayat2
yg memakai huruf2 nafi, harap ditimbang kadarnya, sehingga tidak salah persepsi.